BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KEPRIBADIAN
1. Definisi Kepribadian
Seorang tersusun atas dasar fatalitas jasmani dan rohani, di samping ada faktor temperamen, karakter,dan bakat fitalitas jasmani seseorang bergantunng pada konstruksi tubuhnya yang terpengaruh oleh faktor-faktor hereditas sehingga keaadaanya dapat di katakan tetap atau konstan dan merupakan daya hidup yang sifatnya jasmani.
Kepribadian adalah keseluruhan sikap, perasaan, ekspresi dan temparmen seseorang. Sikap perasaan ekspresi dan tempramen itu akan terwujud dalam tindakan seseorang jika di hadapan pada situasi tertentu. Setiap orang mempunyai kecenderungan prilaku yang baku, atau pola dan konsisten, sehingga menjadi ciri khas pribadinya (Holton, 1928).
Kepribadian didefinisikan sebagai keseluruhan pola sikap, kebutuhan, ciri-ciri khas dan prilaku seseorang. Pola berarti sesuatu yang sudah menjadi standar atau baku, sehingga kalau di katakan pola sikap, maka sikap itu sudah baku berlaku terus menerus secara konsisten dalam menghadapai situasi yang di hadapi. (Schever Dan Lamm,1998)
2. Aspek Kepribadian
Kepribadian dipengaruhi oleh faktor-faktor dalam dirinya (faktor kognitif dan afektif) dan faktor-faktor luar dirinya (faktor kebudayaan, keluarga, status sosial, kelompok acuan) (dalam Munandar, 2001).
2.1 Faktor dari dalam
2.1.1 Proses Kognitif
Semua proses kognitif yang terlibat dalam perolehan dan penyimpanan dari informasi, meliputi perhatian, persepsi, dan ingatan. Faktor-faktor yang menentukan pusat perhatian dengan cara bahan-bahan yang diperhatikan, diamati dan kemungkinan bahan-bahan tersebut akan diingat mencakup kedua-duanya, yaitu ciri-ciri dari bahan dan kondisi-kondisi dalam diri orang. Dalam proses pembelajaran ada dua aspek yang perlu diperhatikan, yaitu aspek recall dan recognition. Keduanya berkaitan dengan ingatan.
Pada recall isi ingatan “dipanggil kembali”. Orang secara aktif mencari isi ingatan digudang penyimpanan ingatan (memory storage). Sedangkan pada recognition isi ingatan “dikenali”. Orang hanya mengenali isi ingatan yang disajikan kepadanya bersama-sama dengan hal-hal lain yang sejenis.
2.1.2 Status Afektif
a. Motivasi
Motivasi dapat dijelaskan dengan teori isi dan dapat pula dijelaskan dengan teori proses. Dalam psikologi kedua teori tersebut digunakan. Psikologi ingin mengetahui motif atau kebutuhan tertentu yang akan timbul untuk membantu meramalkan pesan yang akan diterima oleh publik yang relevan. Teori motivasi yang memberi tekanan pada proses, mencoba untuk menjelaskan bagaimana motivasi melaksanakan fungsi-fungsi pemberian tenaga dan pengarahannya. Kebanyakan dari teori ini sangat mengandalkan unsur-unsur kognitif.
Dalam rangka penggunaan teori proses dari motivasi pada psikologi, membedakan adanya proses dengan penekanan pada komunikasi dan proses dengan penekanan pada keputusan. Motivasi berfungsi untuk mempngaruhi setiap langkah (Hawkins dkk,1984). Pada teori keputusan, perilaku manusia dipandang sebagai pemilihan sadar antara kemungkinan-kamungkinan.
b. Sikap
Motivasi dan sikap sangat erat hubungannya. Beda utama ialah bahwa sikap harus ada komponen kognitifnya. Sikap juga lebih dilihat kurang berkaitan dengan tindakan dibandingkan dengan motivasi. Sikap mempunyai acuan objek yang jelas dan melibatkan efek positif atau negatif. Pada saat-saat tertentu, sikap dapat meramalkan perilaku manusia, khususnya jika “the attitude is specific rather than general, .. the connection is direct, .. and the attitude can lead to one and only one behavior.” (Hawkins dkk, 1983).
2.2 Faktor dari luar
2.2.1 Kebudayaan
Dalam menerima budaya, anak mngalami tekanan untuk mengembangkan pola kepribadian yang sesuai dengan standar yang ditentukan budayanya.
2.2.2 Keluarga
Pengaruh keluarga sangat mempengaruhi kepribadian anak, sebab waktu terbanyak anak adalah keluarga dan di dalam keluarga itulah diletakkan sendi- sendi dasar kepribadian.
2.2.3 Status Sosial
Anak yang diterima dalam kelompok sosialnya dapat mengembangkan rasa percaya diri dan kepandaiannya. Sebaliknya, anak yang tidak diterima dalam lingkungan sosialnya akan membenci orang lain, cemberut, dan mudah tersinggung.
3. Faktor-Faktor Kepribadian
3.1 Warisan Biologis
Warisan biologis adalah semua hal yang di terima seseorang sebagai manusia melalui gen kedua orang tuanya atau sifat turunan dari kedua orang tua.
Contohnya: Darwin adalah seseorang yang tidak suka banyak berbicara dan suka berdiam diri, maka sifat itu tanpa di sadari dimiliki juga oleh anaknya, Samuel. Contoh lainya, ayah Otis adalah seorang yang bentuk tubuhnya sangat tinggi dan lebar otomatis Otis pun akan bertumbuh ke hal yang sama.
3.2 Lingkungan Fisik
Pengaruh lingkungan atau fisik terhadap kepribadian manusia paling sedikit di bandingkan faktor-faktor lainya. Lingkungan fisik tidak mendorong terjadinya kepribadian khusus seseorang.
B. STRES
1. Definisi Stres
Menurut Salve dalam jurnalnya yang berjudul Pengaruh Music New Age sebagai Treatment Untuk Menurunkan Stres (2007), stres telah menjadi bagian besar kehidupan manusia dan sering kali manusia tidak memperhatikannya. Stres bisa melanda kapan saja, stres tidak menyerang semua orang dengan cara yang sama. Stres adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang (Handoko, 1997). Stres yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungannya.
Menurut Beehr dan Franz (dalam Tarupolo, 2002), mendefinisikan stres kerja sebagai suatu proses yang menyebabkan orang merasa sakit, tidak nyaman atau tegang karena pekerjaan, tempat kerja atau situasi kerja yang tertentu.
Stres kerja adalah suatu bentuk tanggapan seseorang, baik fisik maupun mental terhadap suatu perubahan di lingkunganya yang dirasakan mengganggu dan mengakibatkan dirinya terancam (Anoraga,2001).
Stres kerja adalah suatu tanggapan penyesuaian diperantarai oleh perbedaan-perbedaan individu dan atau proses psikologis yang merupakan suatu konsekuensi dari setiap tindakan dari luar (lingkungan), situasi, atau peristiwa yang menetapkan permintaan psikologis dan atau fisik berlebihan kepada seseorang (Gibson dkk,1996).
Sebagai hasilnya, pada diri para karyawan berkembang berbagai macam gejala stres yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka. Stres dapat juga membantu atau fungsional, tetapi juga dapat berperan salah atau merusak prestasi kerja. Secara sederhana hal ini berarti bahwa stres mempunyai potensi untuk mendorong atau mengganggu pelaksanaan kerja, tergantung seberapa besar tingkat stres yang dialami oleh karyawan tersebut (Handoko, 1997).
Stres juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang menekan keadaan psikis seseorang dalam mencapai suatu kesempatan dimana untuk mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan atau penghalang. Dan apabila pengertian stres dikaitkan dengan penelitian ini maka stres itu sendiri adalah suatu kondisi yang mempengaruhi keadaan fisik atau psikis seseorang karena adanya tekanan dari dalam ataupun dari luar diri seseorang yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka (Robbins,2001). Jadi, stres dapat dilihat dari dua sisi yaitu sisi positif dan negatif tergantung dari sudut pandang mana seseorang atau karyawan tersebut dapat mengatasi tiap kondisi yang menekannya untuk dapat dijadikan acuan sebagai tantangan kerja yang akan memberikan hasil yang baik atau sebaliknya.
Menurut Phillip L (dalam Jacinta, 2002), seseorang dapat dikategorikan mengalami stres kerja bila urusan stres yang dialami melibatkan juga pihak organisasi atau perusahaan tempat individu bekerja. Namun penyebabnya tidak hanya di dalam perusahaan, karena masalah rumah tangga yang terbawa ke pekerjaan dan masalah pekerjaan yang terbawa ke rumah dapat juga menjadi penyebab stres kerja. Mengakibatkan dampak negatif bagi perusahaan dan juga individu. Oleh karenanya diperlukan kerjasama antara kedua belah pihak untuk menyelesaikan persoalan stres tersebut.
Selain itu menurut Suswati, Ayubi dalam jurnalnya yang berjudul Pengaruh Stres Kerja terhadap Prestasi Kerja Karyawan (2008), stres kerja adalah suatu tanggapan seseorang atas kondisi yang terjadi biasanya berupa kelebihan tuntutan atau kemampuan individu dalam memnuhi tuntutan terutama aktivitas atau pekerjaan yang dilakukan.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stress
Kondisi-kondisi yang cenderung menyebabkan stres disebut stressors. Meskipun stres dapat diakibatkan oleh hanya satu stressors, biasanya karyawan mengalami stres karena kombinasi stressors (Robbins,2001).
Menurut Prasetya dalam jurnalnya yang berjudul Berdamai dengan Stres Kerja (2008) berpendapat bahwa munculnya stres pada diri individu sangat tergantung pada penghayatan subjektif individu terhadap kondisi yang menjadi sumber stres bagi individu tersebut.
Ada tiga sumber utama yang dapat menyebabkan timbulnya stres yaitu :
2.1 Faktor Lingkungan
Keadaan lingkungan yang tidak menentu akan dapat menyebabkan pengaruh pembentukan struktur organisasi yang tidak sehat terhadap karyawan.
Ada beberapa faktor yang mendukung faktor lingkungan, yaitu:
2.1.1 Perubahan situasi bisnis yang menciptakan ketidakpastian ekonomi. Bila perekonomian itu menjadi menurun, orang menjadi semakin mencemaskan kesejahteraan mereka.
2.1.2 Ketidakpastian politik. Situasi politik yang tidak menentu seperti yang terjadi di Indonesia, banyak sekali demonstrasi dari berbagai kalangan yang tidak puas dengan keadaan mereka. Kejadian semacam ini dapat membuat orang merasa tidak nyaman. Seperti penutupan jalan karena ada yang berdemo atau mogoknya angkutan umum dan membuat para karyawan terlambat masuk kerja.
2.1.3 Kemajuan teknologi. Dengan kemajuan teknologi yang pesat, maka beberapa perusahaan pun menambah peralatan baru atau membuat sistem baru. Yang membuat karyawan harus mempelajari dari awal dan menyesuaikan diri dengan itu. Perubahan yang baru terhadap teknologi akan membuat keahlian seseorang dan pengalamannya tidak terpakai karena hampir semua pekerjaan dapat terselesaikan dengan cepat dan dalam waktu yang singkat dengan adanya teknologi yang digunakannya
2.1.4 Terorisme adalah sumber stres yang disebabkan lingkungan yang semakin meningkat dalam abad ke 21, seperti dalam peristiwa penabrakan gedung WTC oleh para teroris, menyebabkan orang-orang Amerika merasa terancam keamanannya dan merasa stres.
2.2 Faktor Organisasi
Didalam organisasi terdapat beberapa faktor yang dapat menimbulkan stres yaitu role demands, interpersonal demands, organizational structure dan organizational leadership.
Pengertian dari masing-masing faktor organisasi tersebut adalah sebagai berikut :
2.2.1 Role Demands
Peraturan dan tuntutan dalam pekerjaan yang tidak jelas dalam suatu organisasi akan mempengaruhi peranan seorang karyawan untuk memberikan hasil akhir yang ingin dicapai bersama dalam suatu organisasi tersebut.
2.2.2 Interpersonal Demands
Mendefinisikan tekanan yang diciptakan oleh karyawan lainnya dalam organisasi. Hubungan komunikasi yang tidak jelas antara karyawan satu dengan karyawan lainnya akan dapat menyebabkan komunikasi yang tidak sehat. Sehingga pemenuhan kebutuhan dalam organisasi terutama yang berkaitan dengan kehidupan sosial akan menghambat perkembangan sikap dan pemikiran antara karyawan yang satu dengan karyawan lainnya.
2.2.3 Organizational Structure
Mendefinisikan tingkat perbedaan dalam organisasi dimana keputusan tersebut dibuat dan jika terjadi ketidakjelasan dalam struktur pembuat keputusan atau peraturan maka akan dapat mempengaruhi kinerja seorang karyawan dalam organisasi.
2.2.4 Organizational Leadership
Berkaitan dengan peran yang akan dilakukan oleh seorang pimpinan dalam suatu organisasi. Karakteristik pemimpin menurut The Michigan Group (Robbins, 2001) dibagi dua yaitu karakteristik pemimpin yang lebih mengutamakan atau menekankan pada hubungan yang secara langsung antara pemimpin dengan karyawannya serta karakteristik pemimpin yang hanya mengutamakan atau menekankan pada hal pekerjaan saja.
Empat faktor organisasi di atas juga akan menjadi batasan dalam mengukur tingginya tingkat stres. Pengertian dari tingkat stres itu sendiri adalah muncul dari adanya kondisi-kondisi suatu pekerjaan atau masalah yang timbul yang tidak diinginkan oleh individu dalam mencapai suatu kesempatan, batasan-batasan, atau permintaan-permintaan dimana semuanya itu berhubungan dengan keinginannya dan dimana hasilnya diterima sebagai sesuatu yang tidak pasti tapi penting (Robbins, 2001).
2.3 Faktor Individu
Pada dasarnya, faktor yang terkait dalam hal ini muncul dari dalam keluarga, masalah ekonomi pribadi dan karakteristik pribadi dari keturunan. Hubungan pribadi antara keluarga yang kurang baik akan menimbulkan akibat pada pekerjaan yang akan dilakukan karena akibat tersebut dapat terbawa dalam pekerjaan seseorang. Sedangkan masalah ekonomi tergantung dari bagaimana seseorang tersebut dapat menghasilkan penghasilan yang cukup bagi kebutuhan keluarga serta dapat menjalankan keuangan tersebut dengan seperlunya. Karakteristik pribadi dari keturunan bagi tiap individu yang dapat menimbulkan stres terletak pada watak dasar alami yang dimiliki oleh seseorang tersebut. Sehingga untuk itu, gejala stres yang timbul pada tiap-tiap pekerjaan harus diatur dengan benar dalam kepribadian seseorang.
3. Gejala-gejala Stres
Secara umum, seseorang yang mengalami stres pada pekerjaan akan menampilkan gejala-gejala yang meliputi 3 aspek, yaitu : Physiological, Psychological dan Behavior. (Robbins, 2003, pp. 800-802)
3.1 Physiological memiliki indikator yaitu: terdapat perubahan pada metabolisme tubuh, meningkatnya kecepatan detak jantung dan napas, meningkatnya tekanan darah, timbulnya sakit kepala dan menyebabkan serangan jantung.
3.2 Psychological memiliki indikator yaitu: terdapat ketidakpuasan hubungan kerja, tegang, gelisah, cemas, mudah marah, kebosanan dan sering menunda pekerjaan.
3.3 Behavior memiliki indikator yaitu: terdapat perubahan pada produktivitas, ketidakhadiran dalam jadwal kerja, perubahan pada selera makan, meningkatnya konsumsi rokok dan alkohol, berbicara dengan intonasi cepat, mudah gelisah dan susah tidur.
4. Sumber Stres
Sumber stres dapat digolongkan dalam bentuk-bentuk sebagai berikut:
4.1 Krisis
Krisis adalah perubahan/peristiwa yang timbul mendadak dan menggoncangkan keseimbangan seseorang diluar jangkauan daya penyesuaian sehari-hari. Misalnya: Krisis di bidang usaha, hubungan keluarga dan sebagainya.
4.2 Frutrasi
Frustrasi adalah kegagalan dalam usaha pemuasan kebutuhan-kebutuhan atau dorongan naluri, sehingga timbul kekecewaan. Frutrasi timbul bila niat atau usaha seseorang terhalang oleh rintangan-rintangan (dari luar: kelaparan, kemarau, kematian, dan sebagainya dan dari dalam: lelah, cacat mental, rasa rendah diri dan sebagainya) yang menghambat kemajuan suatu cita-cita yang hendak dicapainya.
4.3 Konflik
Konflik adalah pertentangan antara 2 keinginan atau dorongan yaitu antara kekuatan dorongan naluri dan kekuatan yang mengenalikan dorongan-dorongan naluri tersebut.
4.4 Tekanan
Stres dapat ditimbulkan tekanan yang berhubungan dengan tanggung jawab yang besar yang harus ditanggungnya. (Dari dalam diri sendiri: cita-cita, kepala keluarga, dan sebagainya dan dari luar: istri yang terlalu menuntut, orangtua yang menginginkan anaknya berprestasi).
5. Kiat Menghadapi Stres di Tempat Kerja
Ada beberapa hal yang bisa anda lakukan untuk mengatasi stres, diantaranya:
5.1 Relaksasi
Pada jam istirahat, cobalah untuk melakukan relaksasi otot secara progresif dan sistematis. Lemaskan otot-otot tubuh dengan bertumpu pada tangan, lengan, muka, kepala, leher, bahu, dada, lambung dan punggung bawah, lalu terakhir ke daerah kaki. Tiap otot ditegangkan selama 5-7 detik kemudian dikendorkan selama 12-15 detik. Prosedur tersebut diulang sampai 5 kali. Metode relaksasi ini niscaya bisa membantu untuk mereda stres yang anda alami.
5.2 Terapi musik
Hal lain yang bisa membuat anda berada dalam kondisi rileks adalah musik. Seorang pakar bernama Corelini telah meneliti pengaruh positif musik terhadap kesehatan jiwa. Musik dapat memperbaiki gangguan psikologis dan mengembalikan tubuh pada kondisi normal. Pilihlah musik yang sesuai dengan minat anda. Kemudian dengarkanlah dalam situasi yang rileks untuk menghilangkan rasa penat seusai pulang kantor.
Musik yang dianjurkan adalah jenis musik yang tidak terlalu serius dan memiliki ritme yang mengalun. Jenis musik seperti ini biasanya yang bernuansa instrumentalia. Musik tersebut kemudian diputar dengan durasi 10-30 menit, bisa membantu anda menghilangkan rasa penat sehabis pulang kantor di tengah kemacetan atau kepadatan mobil yang sedang anda kendarai.
Menurut Salve dalam jurnalnya yang berjudul Pengaruh New Age Sebagai Treatment Untuk Menurunkan Stres (2007), dapat juga dengan menggunakan musik New Age, yaitu music yang menggunakan binaural beats, entrainment, dan gelombang otak.
5.3 Berolah raga
Olah raga merupakan salah satu bentuk kartasis yang bisa melepaskan sedikit demi sedikit rasa stres yang anda alami. Dengan berolah raga, anda bisa melepaskan ketegangan yang kerapkali anda alami di tempat kerja dan menggantinya dengan memberikan suasana rileks pada tubuh. Sepulang dari kantor, anda bisa mencari bentuk olah raga yang bisa menimbulkan perasaan senang, seperti mengunjungi pusat kebugaran di dekat kantor anda atau bahkan renang di tempat sport club terdekat di rumah anda.
5.4 Selesaikan masalah anda
Jika anda memiliki masalah dengan atasan atau dengan rekan sekerja, seberapa besar usaha anda untuk mengatasi rasa stres tersebut, tentu saja tidak berhasil karena anda tidak menyelesaikan dari sumber permasalahannya.
Cobalah mencari jalan keluar dengan cara berdiskusi mengenai kesalahpahaman yang seringkali terjadi sehingga lingkungan kerjapun terasa nyaman dan menyenangkan bagi anda. Jika masalah tersebut berkaitan dengan pekerjaan, mungkin anda perlu memikirkan ulang metode kerja anda selama ini. Cobalah membuat perencanaan kerja berdasarkan prioritas dan derajat kepentingannya sehingga semua pekerjaan dapat selesai dalam waktu deadline yang ditentukan
5.5 Ubahlah persepsi negatif yang anda miliki selama ini
Cobalah untuk berpikir positif dalam melihat suatu permasalahan di tempat kerja anda. Atasan yang marah-marah pada anda bukan berarti ia sentimen atas hasil kerja anda. Tapi cobalah ambil positifnya bahwa atasan anda memberikan suatu masukan atau feedback yang berguna untuk pengembangan kinerja anda di kemudian hari. Segala sesuatunya bersumber dari pikiran. Kuncinya dalam menghadapi stres adalah just positive thinking. Di atas semuanya itu, cobalah untuk menghargai pekerjaan anda saat ini mengingat beribu-ribu orang di luar sana yang sulit mencari pekerjaan karena tidak bernasib mujur seperti anda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar