Laman

Today's note..

Rabu, 03 Oktober 2012

TUGAS PSIKOLOGI LINTAS BUDAYA

1.      Jelaskan pengertian psikologi lintas budaya

Psikologi lintas budaya adalah cabang dari psikologi yang (terutama) menaruh perhatian pada pengujian berbagai kemungkinan batas-batas pengetahuan dengan mempelajari orang-orang dari berbagai budaya yang berbeda. Psikologi Lintas Budaya ini muncul sebagai respon terhadap teori psikologi yang dikembangkan di Barat dalam satu kebudayaan bersifat universal.
Psikologi lintas budaya adalah kajian mengenai persamaan dan perbedaan dalam fungsi individu secara psikologis, dalam berbagai budaya dan kelompok etnik; mengenai hubungan-hubungan di antara perubahan psikologis dan sosio-budaya, ekologis, dan ubahan biologis; serta mengenai perubahan-perubahan yang berlangsung dalam ubahan-ubahan tersebut.
Menurut Segall, Dasen dan Poortinga (1990), psikologi lintas-budaya adalah kajian mengenai perilaku manusia dan penyebarannya, sekaligus memperhitungkan cara perilaku itu dibentuk dan dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan sosial dan budaya. Definisi ini mengarahkan perhatian pada dua hal pokok: keragaman perilaku manusia di dunia dan kaitan antara perilaku terjadi.
Menurut Triandis, Malpass dan Davidson (1972) psikologi lintas budaya mencakup kajian suatu pokok persoalan yang bersumber dari dua budaya atau lebih, dengan menggunakan metode pengukuran yang ekuivalen, untuk menentukan batas-batas yang dapat menjadi pijakan teori psikologi umum dan jenis modifikasi teori yang diperlukan agar menjadi universal.
Sementara Brislin, Lonner dan Thorndike (1973) menyatakan bahwa psikologi lintas budaya ialah kajian empirik mengenai anggota berbagai kelompok budaya yang telah memiliki perbedaan pengalaman, yang dapat membawa ke arah perbedaan perilaku yang dapat diramalkan dan signifikan.
Triandis (1980) mengungkapkan bahwa psikologi lintas budaya berkutat dengan kajian sistematik mengenai perilaku dan pengalaman sebagaimana pengalaman itu terjadi dalam budaya yang berbeda, yang dipengaruhi budaya atau mengakibatkan perubahan-perubahan dalam budaya yang bersangkutan.

2.      Jelaskan tujuan mempelajari psikologi lintas budaya

Tujuan dari kajian psikologi Lintas Budaya adalah mencari persamaan dan perbedaan dalam fungsi-fungsi individu secara psikologis, dalam berbagai budaya dan kelompok etnik, untuk melihat manusia dan perilakunya dengan kebudayaan yang ada sangat beragam dengan kebudayaan yang ada disekitar kita, untuk melihat kedua perilaku universal dan perilaku yang unik untuk mengidentifikasi cara di mana budaya dampak perilaku kita, kehidupan keluarga, pendidikan, pengalaman sosial dan daerah lainnya.

3.      Jelaskan hubungan psikologi lintas budaya dengan ilmu lain

a.       Psikologi lintas budaya – Psikologi budaya: ilmu tersebut sama-sama mencoba mempelajari bagaimana faktor budaya dan etnis mempengaruhi perilaku manusia. Namun psikologi lintas budaya tidak hanya mempelajari faktor budaya dengan prilaku tetapi faktor antar budaya atau perbedaan budaya yang mempengaruhi prilaku manusia.
b.      Psikologi lintas budaya – Psikologi sosial: Psikologi Sosial mempelajari tingkah laku manusia dalam berhubungan dengan masyarakat sekitarnya. Psikologi lintas budaya juga sama mempelajari individu dengan masyarakat selain itu juga mempelajari individu dengan antar masyarakat yang berbeda. Triandis (2002) menegaskan bahwa psikologi sosial hanya dapat bermakna apabila dilakukan lintas budaya. Hal tersebut juga berlaku bagi cabang-cabang ilmu psikologi lainnya.
c.       Psikologi lintas budaya – ilmu antropologi: definisinya sering tumpang tindih, baik disiplin cenderung memfokuskan pada aspek yang berbeda dari suatu budaya. Hanya sebagian kecil dimensi manusia yang tidak dicakup dalam konsep budaya, yakni yang terkait dengan insting serta naluri. Contoh : sistem religi dan upacara keagamaan, sistem dan organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian hidup dan sistem teknologi dan peralatan.
d.      Psikologi lintas budaya – ilmu sosial: kebijaksanaan diterima masyarakat berbasis pertanian tradisional memiliki budaya kolektifitas modern. Contoh : masyarakat informasi.
e.       Psikologi lintas budaya – ilmu psikologi klinis: psikologi klinis telah menerapkan prinsip – prinsip psikologi lintas budaya. Contoh : dalam hal psikoterapi dan konseling.

4.      Jelaskan etnosentrisme dalam psikologi lintas budaya

Etnosentrisme secara formal didefinisikan sebagai pandangan bahwa kelompok atau budaya sendiri adalah pusat segalanya dan budaya lain akan selalu dibandingkan dan dinilai sesuai dengan standar budaya sendiri. Etnosentrisme membuat kebudayaan diri sebagai patokan dalam mengukur baik buruknya, atau tinggi rendahnya dan benar atau ganjilnya kebudayaan lain dalam proporsi kemiripannya dengan kebudayaan sendiri.
Menurut Matsumoto (1996) etnosentrisme adalah kecenderungan untuk melihat dunia hanya melalui sudut pandang budaya sendiri. Etnosentrisme memiliki dua tipe yang satu sama lain saling berlawanan. Tipe pertama adalah etnosentrisme fleksibel. Seseorang yang memiliki etnosentrisme ini dapat belajar cara-cara meletakkan etnosentrisme dan persepsi mereka secara tepat dan bereaksi terhadap suatu realitas didasarkan pada cara pandang budaya mereka serta menafsirkan perilaku orang lain berdasarkan latar belakang budayanya. Tipe kedua adalah etnosentrisme infleksibel. Etnosentrisme ini dicirikan dengan ketidakmampuan untuk keluar dari perspektif yang dimiliki atau hanya bisa memahami sesuatu berdasarkan perspektif yang dimiliki dan tidak mampu memahami perilaku orang lain berdasarkan latar belakang budayanya.

5.      Jelaskan persamaan dan perbedaan antara budaya dalam transmisi budaya melalui enkulturasi dan sosialisasi

Enkulturasi adalah suatu proses dimana individu belajar cara berpikir, cara bertindak, dan merasa yang mencerminkan kebudayaan masyarakatnya. Enkulturasi juga berarti proses pengenalan norma yang berlaku di masyarakat. Dalam proses enkulturasi seorang individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya dengan adat-istiadat, sistem norma, serta peraturan-peraturan yang hidup dalam kebudayaannya. Kata enkulturasi dalam bahas Indonesia juga berarti “pembudayaan”. Sorang individu dalam hidupnya juga sering meniru dan membudayakan berbagai macam tindakan setelah perasaan dan nilai budaya yang memberi motivasi akan tindakan meniru itu telah diinternalisasi dalam kepribadiannya.
Sosialisasi adalah proses pembelajaran terhadap norma-norma yang berlaku sehingga dapat berperan dan diakui oleh kelompok masyarakat. Proses sosialisasi bersangkutan dengan proses belajar kebudayaan dalam hubungan dengan sistem sosial. Dalam proses itu seorang individu dari masa anak-anak hingga masa tuanya belajar pola-pola tindakan dalam interaksi dengan segala macam individu di sekililingnya yang menduduki beraneka macam peranan sosial yang mungkin ada dalam kehidupan sehari-hari.
M.J.Herskovits berpendapat bahwa perbedaan antar enculturation (enkulturasi) dengan socialization (sosialisasi) adalah sebagai berikut ;
1.         Enculturation (enkulturasi) adalah suatu proses bagi seorang baik secara sadar maupun tidak sadar, mempelajari seluruh kebudayaan masyarakat.
2.         Socialization (sosialisasi) adalah suatu proses bagi seorang anak untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma yang berlaku dalam keluarganya.
Secara singkat perbedaan antara enkulturasi dan sosialisasi adalah dalam enkulturasi seorang individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikirannya dengan lingkungan kebudayaannya, sedangkan sosialisaasi si individu melakukan proses penyesuaian diri dengan lingkungan sosial.

6.      Jelaskan persamaan dan perbedaan antar budaya melalui perkembangan moral

Didalam setiap budaya yang dimiliki masing-masing negara pasti memiliki moral. Akan tetapi pada saat ini nilai budaya dan moral tersebut sudah tidak memiliki nilai yang seimbang lagi dikarenakan bukan karena dari budaya dan nilainya yang salah akan tetapi dari para pemakai budaya tersebut yang membuat budaya dan nilai moral mulai tidak seimbang lagi atau biasa disalahgunakan.
Moral dalam istilah dipahami sebagai: 1. prinsip hidup yang berkenaan dengan benar dan salah, baik dan buruk. 2. kemampuan untuk memahami perbedaan benar dan salah. 3. ajaran atau gambaran tentang tingkah laku yang baik. Moral ialah tingkah laku yang telah ditentukan oleh etika.
Tokoh yang membahas mengenai moral yaitu Kohlberg yang memandang otonomi dan keadilan individu sebagai nilai moral yang utama. Ia bahkan menyamakan moralitas dengan keadilan (dengan mengabaikan nilai moral lain seperti keberanian, pengendalian-diri, empati, dll.).
Perkembangan moral adalah perubahan penalaran, perasaan, dan perilaku tentang standar mengenai benar dan salah. Perkembangan moral memiliki dimensi intrapersonal, yang mengatur aktifitas seseorang ketika dia terlibat dalam interaksi sosial dan dimensi interpersonal yang mengatur interaksi sosial dan penyelesaian konflik.
Menurut John Dewey tahapan perkembangan moral seseorang akan melewati 3 fase, yaitu premoral, conventional dan autonomous. Sedangkan menurut Piaget, seorang manusia dalam perkembangan moralnya melalui tahapan heteronomous dan autonomous.  Pada tahap heteronom anak-anak menggangap bahwa peraturan yang diberlakukan dan berasal dari bukan dirinya merupakan sesuatu yang patut dipatuhi, dihormati, diikuti dan ditaati oleh pemain. Pada tahap otonom, anak-anak beranggapan bahwa perauran-peraturan merupakan hasil kesepakatan bersama antara para pemain.
Kohlberg kemudian mampu mengidentifikasi 6 (enam) tahap dalam moral reasoning yang kemudian dibagi dalam tiga taraf.
1. Taraf Pra-Konvensional
2. Conventional Level ( taraf Konvensional)
3) Tahap interpersonal corcodance atau “good boy-nice girl” orientation.
4) Tahap law and order, orientation
5) Postoonventional Level ( taraf sesudah konvensional)
6) Social contract orientation
Ruang lingkup tahapan/pola perkembangan moral anak di antaranya adalah tahapan kejiwaan manusia dalam menginternalisasikan nilai moral kepada dirinya sendiri, mempersonalisasikan dan mengembangkannya dalam pembentukan pribadi yang mempunyai prinsip, serta dalam mematuhi, melaksanakan/menentukan pilihan, menyikapi/menilai, atau melakukan tindakan nilai moral.

7.      Jelaskan persamaan dan perbedaan antar budaya dalam hal konformitas, compliance, dan obedience

Konformitas berarti penyesuaian diri dengan masyarakat dengan cara mengindahkan norma dan nilai masyarakat.( Soerjono Soekanto, 2000 ). Konformitas sosial adalah proses dimana tingkah laku seseorang terpengaruh atau dipengaruhi oleh orang lain di dalam suatu kelompok. Konformitas merupakan suatu hasil dari interaksi sosial dan proses sosial dalam kehidupan manusia dalam bermasyarakat. Konformitas dilakukan secra terbuka sehingga terlihat oleh umum.
Compliance adalah konformitas yang dilakukan secara terbuka sehingga terlihat oleh umum, walaupun hatinya tidak setuju. Sedangkan kepatuhan atau obedience merupakan salah satu bentuk ketundukan yang muncul ketika orang mengikuti suatu perintah langsung, biasanya dari seseorang dengan suatu posisi otoritas. Dalam budaya kolektif, konformitas dan kepatuhan tidak hanya dipandang “baik” tetapi sangat diperlukan untuk dapat berfungsi secara baik dalam kelompoknya, dan untuk dapat berhasil menjalin hubungan interpersonal bahkan untuk dapat menikmati status yang lebih tinggi dan mendapat penilaian atau kesan positif.
Persamaannya  adalah semua masyarakat yg melakukan konformitas karena ingin di terima sebagai anggota atau bagian dr suatu kelompok, agar tidak dianggap salah. Sedangkan perbedaannya adalah beragamnya suku dan budaya dan adat istiadat yang dijalankan buat individu menjadi berbeda beda sesuai dengan keyakinan yang dijalanin.

8.      Jelaskan persamaan dan perbedaan antar budaya dalam hal nilai-nilai

Dalam Psikologi Lintas Budaya nilai dimasukkan sebagai salah satu aspek dari budaya atau masyarakat. Nilai muncul menjadi ciri khas yang cenderung menetap pada seseorang dan masyarakat dan karenanya penerimaan nilai berpengaruh pada sifat kerpibadian dan karakter budaya. Nilai mempunyai beberapa fungsi yang sangat penting dalam kehidupan manusia yaitu sebagai standart, motivasional, rencana umum (general plan), penyesuaian, ego defensive, pengetahuan dan aktualisasi diri.
Kebudayaan pada nilai-nilai sosial ialah nilai - nilai yang disepakati dan tertanam dalam suatu masyarakat, lingkup organisasi, lingkungan masyarakat, yang mengakar pada suatu kebiasaan, kepercayaan (believe), simbol-simbol, dengan karakteristik tertentu yang dapat dibedakan satu dan lainnya sebagai acuan perilaku dan tanggapan atas apa yang akan terjadi atau sedang terjadi.

9.      Jelaskan persamaan dan perbedaan antar budaya dalam hal perilaku gender

Gender merupakan hasil konstruksi yang berkembang selama masa anak-anak sebagaimana mereka disosialisasikan dalam lingkungan mereka. Adanya perbedaan reproduksi dan biologis mengarahkan pada pembagian kerja yang berbeda antara pria dan wanita dalam keluarga. Perbedaan-perbedaan ini pada gilirannya mengakibatkan perbedaan ciri-ciri sifat dan karakteristik psikologis yang berbeda antara pria dan wanita.
Gender merupakan kajian tentang tingkah laku dan hubungan sosial antara laki-laki dan perempuan. Gender berbeda dari seks atau jenis kelamin laki-laki dan perempuan yang bersifat biologis. Perbedaan pola sosialisasi ini juga berkaitan dengan beberapa faktor budaya dan faktor ekologi. Faktor-faktor yang terlibat dalam memahami budaya dan gender tidak statis dan unidimensional. Keseluruhan sistem itu dinamis dan saling berhubungan dan menjadi umpan balik atau memperkuat sistem itu sendiri. Sebagai akibatnya sistem ini bukan suatu unit yang linear dengan pengaruh yang berlangsung dalam satu arah, dan semua ini diperoleh dalam kehidupan kita sendiri.
Sebagai konsekuensinya, budaya yang berbeda akan memberikan hasil yang berbeda pula. Satu budaya mungkin mendukung kesamaan antara pria dan wanita, namun budaya lainnya tidak mendukung kesamaan tersebut. Dengan demikian budaya mendefinisikan atau memberikan batasan mengenai peran, kewajiban, dan tanggung jawab yang cocok bagi pria dan wanita.
Peran Gender adalah perilaku yang dipelajari di dalam suatu masyarakat/komunitas yang dikondisikan bahwa kegiatan, tugas-tugas atau tanggung jawab patut diterima baik oleh laki-laki maupun perempuan. Peran gender dapat berubah, dan dipengaruhi oleh umur, kelas, ras, etnik, agama dan lingkungan geografi, ekonomi dan politik. Baik perempuan maupun laki-laki memiliki peran ganda di dalam masyarakat. Perempuan kerap mempunyai peran dalam mengatur reproduksi, produksi dan kemasyarakatan. Laki-laki lebih terfokus pada produksi dan politik kemasyarakatan.

10.  Jelaskan persamaan dan perbedaan antar budaya dalam sosial masyarakat
Masyarakat didefinisikan oleh Ralph Linton sebagai “setiap kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja bersama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas”. Sejalan dengan definsi dari Ralph Linton, Selo Sumardjan mendefinisikan masyarakat sebagai “orangorang yang hidup bersama, yang menghasilkan kebudayaan” (Soerjono Soekanto, 1986). Mengacu kepada dua definisi tentang masyarakat seperti dikemukakan di atas, dapat di identifikasi empat unsur yang mesti terdapat di dalam masyarakat, yaitu: 1) Manusia (individu-individu) yang hidup bersama, 2) Mereka melakukan interaksi sosial dalam waktu yang cukup lama. 3) Mereka mempunyai kesadaran sebagai satu kesatuan. 4) Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan,
Terdapat hubungan dan saling mempengaruhi antara individu, masyarakat dan kebudayaannya. Individu, masayarakat dan kebudayaannya tak dapat dipisahkan. Hal ini sebagaimana Anda maklumi bahwa setiap individu hidup bermasyarakat dan berbudaya, adapun masyarakat itu sendiri terbentuk dari individu-individu. Masyarakat dan kebudayaan mempengaruhi individu, sebaliknya masyarakat dan kebudayaan dipengaruhi pula oleh individu-individu yang membangunnya.

11.  Jelaskan persamaan dan perbedaan antar budaya dalam sosial kognitif

Kognitif diartikan sebagai kegiatan untuk memperoleh, mengorganisasikan dan menggunakan pengetahuan. Dalam psikologi, kognitif adalah referensi dari faktor-faktor yang mendasari sebuah prilaku. Kognitif juga merupakan salah satu hal yang berusaha menjelaskan keunikan manusia. Pola pikir dan perilaku manusia bertindak sebagi aspek fundamental dari setiap individu yang tak lepas dari konsep kemanusiaan yang lebih besar, yaitu budaya sebagai konstruksi sosial.
Ada berbagai hal yang berhubungan dengan keberadaan faktor kognisi dalam pengaruhnya terhadap lintas budaya :
a.       Kecerdasan Umum
Kecerdasan umum merupakan tingakat IQ dalam suatu kebudayaan atau daerah secara umum. Menurut Mc. Shane dan Berry kecerdasan umum mempunyai suatu tinjauan yang cukup tajam terhadap terhadap tes kemampuan kognitif. Mereka menambahkan tentang deprivasi individu (kemiskinan, gizi yang rendah, dan kesehatan), disorganisasi budaya sebagai pendektan untuk melengkapi konsep G. jika disimpulkan beberapa hal yang memepengaruhi kemempuan kognitif seseorang bukanlah budaya yang ada pada lingkungan mereaka akan tetapi kemampuan ini dipengaruhi oleh faktor genetik, keadaan psikis, deprivasi individu dan disorganisasi budaya
b.      Genetic epistemologi (faktor Keturunan)
Genetic Epistemologi adalah salah satu teori dari jean Piaget yang isinya adalah mengatakan bahwa adanya koherensi antara penampilan kognitif saat berbagai hal diberikan pada seseorang. Piagetian berkembang dari penelitian yang homogen menjadi heterogen. Penelitian lintas budaya yang menggunakan paradigma ekokultural membawa kesimpulan bahwa ekologi dan faktor budaya tidak mempengaruhi hubungan antar tahap tapi mempengaruhi seberapa cepat dalam mencapainya. Perkembangan kognitif berdasarkan data tidak akan sama disetiap tempat dan kebudayaan tertentu.
c.       Cara Berpikir
Dalam pendekatan kecerdasan umum dan genetik epistemologi, cara berpikir seseorang cenderung mengarah pada aspek “bagaimana” dari pada aspek “seberapa banyak” (kemempuan) dalam kehidupan kognitifnya. Kemampuan kognitif dan model-model kognitif merupakan salah satu cara bagi sebuah suku dan anggotanya membuat kesepakatan yang efektif terhadap masalah yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan ini mencari pola dari aktivitas kognitif berdasarkan asumsi universal bahwa semua proses berlaku pada semua kelompok, tetapi pengembangan dan penggunaan yang berbeda akan mengarah pada pola kemampuan yang berbeda juga.
Seorang pengembang dimensi model kognitif FDI yang bernama Within menyatakan bahwa kemampuan kognitif ini tergantung pada cara yang ditempuh untuk membuktikan “pola” yang dipilih. Tetapi menjelaskan pola kurang begitu luas cangkupannya daripada kecerdasan umum. Membangun FDI yang dimaksud adalah memperbesar kepercayaan dari individu tersebut atau menerima lingkungan fisik atau sosial yang diberikan, melakukan pekerjaan yang bertolak belakang seperti menganalisis atau membangun.
d.      Contextualized coqnition (Pengamatan kontekstual)
Secara garis besar Cole dan Scriber memberikan suatu metodologo dan teori tetang kontek kognisi. Teori dan metodologi tersebut diujikan untuk penghitungan kemampuan kognitif secara spesifik dalam suatu kontek budaya dengan menggunakan kontek kognisi yang di sebut sebagai Contextualized cognition. Untuk memperkuat pendekatan mereka, cole membuat suatu studi empiris dan tunjauan terhadap literatur.

12.  Jelaskan persamaan dan perbedaan antara individual dan kolektivitas
A.    Individual
Diri individual adalah diri yang fokus pada atribut internal yang sifatnya personal; kemampuan individual, inteligensi, sifat kepribadian dan pilihan-pilihan individual. Diri adalah terpisah dari orang lain dan lingkungan. Budaya dengan diri individual mendesain dan mengadakan seleksi sepanjang sejarahnya untuk mendorong kemandirian sertiap anggotanya. Mereka didorong untuk membangun konsep akan diri yang terpisah dari orang lain, termasuk dalam kerangka tujuan keberhasilan yang cenderung lebih mengarah pada tujuan diri individu. Dalam kerangka budaya ini, nilai akan kesuksesan dan perasaan akan harga diri megambil bentuk khas individualisme. Keberhasilan individu adalah berkat kerja keras dari individu tersebut.
Budaya yang menekankan nilai diri kolektif sagat khas dengan cirri perasaan akan keterkaitan antar manusia satu sama lain, bahkan antar dirinya sebagai mikro kosmos dengan lingkungan di luar dirinya sebagai makro kosmos. Tugas utama normative pada budaya ini adalah bagaimana individu memenuhi dan memelihara keterikatannya dengan individu lain
B.     Kolektif
Dalam konstruk diri kolektif ini, nilai keberhasilan dan harga diri adalah apabila individu tersebut mampu memenuhi kebutuhan komunitas dan menjadi bagian penting dalam hubungan dengan komunitas. Individu focus pada status keterikatan mereka (interdependent), dan penghargaan serta tanggung jawab sosialnya. Aspek terpenting dalam pengalaman kesadaran adalah saling terhubung antar personal. Dalam budaya diri kolektif ini, informasi mengenai diri yang terpenring adalah aspek-aspek diri dalam hubungan.


Sumber:
http://luvvpolkadot.wordpress.com/2011/10/01/psikologi-lintas-budaya/
http://bigsidik.blogspot.com/2011/09/psikologi-lintas-budaya.html
http://ollaadzani.wordpress.com/2012/01/16/pengertian-psikologi-lintas-budaya-tugas-psikologi-lintas-budaya/
http://freakyvampire.blogspot.com/2012/01/pengertian-lintas-budaya.html
http://mhikkyu.blogspot.com/2011/10/psikologi-lintas-budaya.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Psikologi_lintas_budaya
http://4jipurnomo.wordpress.com/psikologi-lintas-budaya/
http://arimbiwindapratiwi.blogspot.com/2011/09/lintas-budaya.html
http://putrijah.blogspot.com/2011/10/psikologi-lintas-budaya.html

Kamis, 14 Juni 2012

Menghargai Waktu dan Hidup


Sebelumnya saya sangat berterima kasih kepada dosen kesehatan mental, Ibu Regina. Karena beliau sudah membukakan pikiran saya mengenai betapa pentingnya kita menghargai waktu yang tersedia di dalam hidup ini. Setelah saya menonton video tentang kecelakaan yang menewaskan 3 orang, saya lebih sadar kalau hidup ini akan berakhir kapan saja tanpa kita ketahui. Disitu menceritakan tentang 3 orang yang berbeda. 2 orang laki-laki dalam 1 mobil, dan 1 perempuan dalam mobil yang berbeda. Kedua mobil tersebut kecelakaan secara tiba-tiba. Mereka bertiga tewas di tempat. Dan masing-masing diberi kesempatan untuk melihat kehidupan mereka sebelum meninggal. Dan ketika mereka hidup, pada saat waktunya beribadah mereka malah sibuk dengan kegiatan masing-masing. Mereka lebih mementingkan kegiatan mereka daripada beribadah dan berdoa pada Sang Pencipta. Pada kesempatan itulah mereka baru sadar dan sangat-sangat menyesali perbuatan mereka yang ketika hidup tidak mendahului urusan Tuhan. Namun salah satu laki-laki yang menjadi korban itu taat beribadah, tidak seperti 2 orang lainnya. Pada saat melihat kehidupan dia sebelumnya, dia merasa puas dan senang karena pada waktunya untuk beribadah, dia langsung meninggalkan kegiatannya dan segera beribadah.
Penyesalan memang datang belakangan. Sebelum penyesalan itu datang, gunakan dan manfaatkanlah waktu serta kesempatan yang ada selagi kita masih bisa. Jangan sampai kelak di masa yang akan datang, kita merasakan betapa pahitnya penyesalan itu. Seperti kata peribahasa, Berakit-rakit ke hulu berenang-renang ketepian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian. Peribahasa itu sangat berarti untuk kehidupan ini. Hidup ini sementara, gunakanlah waktu sebaik mungkin meskipun itu membuat kita harus bersusah payah. Tetapi hasilnya akan terlihat di masa depan.
Selain cerita yang diatas, ada lagi video yang sangat menyentuh perasaan saya yaitu tentang orang tua. Video yang menceritakan tentang seorang ayah yang cacat (tuna wicara) dengan anaknya yang normal. Sang anak sangat malu dengan keadaan ayahnya yang tidak seperti seorang ayah pada umumnya. Dia tidak menghiraukan setiap perkataan ayahnya. Namun sang ayah tetap sayang pada anaknya. Ketika anaknya ulang tahun, ayahnya membelikan dia kue ulang tahun. Namun sebelum kue itu diberikan, si anak tiba-tiba jatuh di depan rumah dengan darah yang bercucuran. Mengetahui hal itu, sang ayah langsung membawanya ke RS dan mendonorkan darahnya untuk si anak hingga akhirnya dia meninggal dunia karena keadaan nya yang lemah. Saat itulah si anak baru menyadari betapa sayang dan berartinya kehadiran sang ayah.
Disitulah saya sadar bahwa orang tua akan selalu menyayangi anaknya meskipun kita memperlakukan orang tua secara tidak hormat. Betapa mulianya kasih orang tua yang senantiasa menjaga dan merawat kita hingga saat ini. Mereka rela berkorban demi kebahagiaan anaknya. Kita sebagai anak sudah sepatutnya menghormati orang tua, dan membahagiakan mereka. Jangan sampai membuat mereka kecewa terhadap kita.
Video lainnya menceritakan tentang ayah dan anak yang sedang duduk di taman. Sang ayah sudah sangat tua, dan ketika ada burung gereja yang datang ke depan mereka, sang ayah bertanya kepada si anak, “apakah itu?”. Lalu si anak yang sedang sibuk membaca koran menjawab, “itu burung gereja”. Lalu beberapa saat kemudian si ayah bertanya lagi, “apakah itu?”. Si anak lalu menjawab, “burung gereja”. Tidak lama kemudian sang ayah terus menerus bertanya lagi “apakah itu?”. Lalu dengan kesal anaknya menjawab dengan nada tinggi, “itu burung gereja! Sudah berapa kali ku katakan? Itu burung gereja! Burung G-E-R-E-J-A!”. Lalu ayahnya pergi dan kembali dengan membawa sebuah buku dan menyuruh anaknya membaca dengan keras. Buku itu berisi cerita tentang sang ayah ketika memiliki seorang anak laki-laki. Isi dari buku itu kurang lebih seperti ini:
Saya sedang duduk di taman dengan anak laki-laki bungsu ku. Ketika burung gereja berdiri di hadapan kita berdua, dia bertanya “apakah itu?” sebanyak 21 kali. Dan akupun menjawab sebanyak 21 kali “itu burung gereja”. Aku menjawab dengan senyuman dan aku pun memeluknya setiap dia bertanya.
 Setelah membaca buku itu, sang anakpun langsung memeluk ayahnya.
Dari kisah tersebut saya dapat mengambil banyak pelajaran. Salah satunya adalah kita sebagai anak tidak boleh melupakan segala jasa yang telah diberikan oleh orang tua kita. Dulu sewaktu kita kecil, orang tua dengan penuh kesabaran membimbing dan mengajari kita. Meskipun seringkali kita membuat orang tua kita kesal, namun mereka tetap sabar menghadapinya. Ada kalanya orang tua kita berperilaku seperti anak-anak ketika mereka sudah tua. Kita pun sudah seharusnya menghadapi hal itu dengan sabar seperti mereka yang menjaga kita selama ini.
Masih banyak video yang saya tonton dengan berjuta makna terkandung di dalamnya. Namun video inilah yang sangat menyentuh saya. Video-video yang mengungkap betapa berartinya hidup ini. Betapa beruntungnya kita masih diberikan kesempatan untuk menikmati dunia ini dengan segala yang kita miliki yang belum tentu orang lain pun memilikinya. Sehebat-hebatnya kita, masih ada yang lebih hebat lagi. Seburuk-buruknya kita, masih ada yang lebih buruk lagi. Hargailah hidup ini dengan menghargai waktu yang kita miliki. Waktu terus berjalan, detik ini tidak akan sama dengan detik selanjutnya. Detik ini mungkin akan kita rindukan setelah kita berada di detik selanjutnya. Detik ini yang menentukan bagaimana kita dalam detik berikutnya. Jangan sia-siakan waktu kita sekarang dengan hal yang tidak berguna. Manfaatkanlah selagi kita masih bisa. Jangan sampai kita menyesal di kehidupan yang akan datang.

Rabu, 18 April 2012

Teori Kepribadian Sehat Menurut Fromm


Pada postingan sebelumnya telah dibahas tentang konsep sehat. Dimana sehat sendiri merupakan kondisi dimana fisik (jasmani), mental (rohani) baik itu pikiran, emosi, dll, dan sosial dalam kondisi yang normal (seperti orang pada umumnya), stabil, serta dapat mengikuti kebiasaan-kebiasaan dan norma-norma yang ada di masyarakat. Kali ini Saya akan membahas kepribadian yang sehat menurut Fromm dan menjelaskan konsepnya mengenai kesehatan mental.
Menurut Erich Fromm, manusia adalah makhluk sosial. Berdasar pada pendapat tersebut, maka salah satu ciri pribadi yang sehat berarti adanya kemampuan untuk hidup dalam masyarakat sosial. Masyarakat sangat penting peranannya dalam membentuk kepribadian seseorang. Kepribadian seseorang merupakan hasil dari proses sosial di dalam masyarakat. Masyarakat yang menjadikan seseorang berkepribadian sehat adalah masyarakat yang hubungan sosialnya sangat manusiawi.
Menurut Fromm, ada lima watak sosial di dalam masyarakat:
1) Penerimaan (receptive)
2) Penimbunan (hoarding)
3) Penjualan/pemasaran (marketing)
4) Penghisapan/pemerasan (exploitative)
5) Produktif (productive)
Dari kelima watak sosial ini yang benar-benar tepat dan sehat hanyalah watak produktif karena watak produktif didorong oleh cinta dan akal budi dan dapat membantu perkembangan dan pertumbuhan pribadi dan masyarakat.
Masyarakat yang baik itu perlu ditopang dengan cinta. Oleh karena itu, Fromm menyebutkan 5 tipe yang berbeda tentang cinta, yaitu:
1) Cinta persaudaraan
2) Cinta keibuan
3) Cinta erotik
4) Cinta diri
5) Cinta ilahi
Menurut Fromm, cinta sangat penting untuk membangun dunia yang lebih baik sebab yang dicari setiap orang di dalam masyarakat bukan penderitaan.
Jadi menurut Fromm, pribadi yang sehat adalah pribadi yang mampu hidup dalam masyarakat sosial yang ditandai dengan hubungan-hubungan yang manusiawi, diwarnai oleh solidaritas penuh cinta dan tidak saling merusak atau menyingkirkan satu dengan lainnya. Tujuan hidup seorang pribadi adalah keberadaan dirinya itu sendiri dan bukan pada apa yang dimiliki, pada apa kegunaannya atau fungsinya (A man whose goal in life is being, not having and using). Dengan demikian, menurut Fromm, orang yang berkepribadian sehat memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
  • mampu mengembangkan hidupnya sebagai makhluk sosial di dalam masyarakat,
  • mampu mencintai dan dicintai,
  • mampu mempercayai dan dipercayai tanpa memanipulasi kepercayaan itu,
  • mampu hidup bersolidaritas dengan orang lain tanpa syarat,
  • mampu menjaga jarak antar dirinya dengan masyarakat tanpa merusaknya
  • memiliki watak sosial yang produktif.
Sumber:
Semiun, Yustinus. 2006. Kesehatan Mental 1. Yogyakarta: Kanisius
Riyanto, Theo. 2006. Jadikan dirimu bahagia. Yogyakarta: Kanisius