Laman

Today's note..

Kamis, 14 Juni 2012

Menghargai Waktu dan Hidup


Sebelumnya saya sangat berterima kasih kepada dosen kesehatan mental, Ibu Regina. Karena beliau sudah membukakan pikiran saya mengenai betapa pentingnya kita menghargai waktu yang tersedia di dalam hidup ini. Setelah saya menonton video tentang kecelakaan yang menewaskan 3 orang, saya lebih sadar kalau hidup ini akan berakhir kapan saja tanpa kita ketahui. Disitu menceritakan tentang 3 orang yang berbeda. 2 orang laki-laki dalam 1 mobil, dan 1 perempuan dalam mobil yang berbeda. Kedua mobil tersebut kecelakaan secara tiba-tiba. Mereka bertiga tewas di tempat. Dan masing-masing diberi kesempatan untuk melihat kehidupan mereka sebelum meninggal. Dan ketika mereka hidup, pada saat waktunya beribadah mereka malah sibuk dengan kegiatan masing-masing. Mereka lebih mementingkan kegiatan mereka daripada beribadah dan berdoa pada Sang Pencipta. Pada kesempatan itulah mereka baru sadar dan sangat-sangat menyesali perbuatan mereka yang ketika hidup tidak mendahului urusan Tuhan. Namun salah satu laki-laki yang menjadi korban itu taat beribadah, tidak seperti 2 orang lainnya. Pada saat melihat kehidupan dia sebelumnya, dia merasa puas dan senang karena pada waktunya untuk beribadah, dia langsung meninggalkan kegiatannya dan segera beribadah.
Penyesalan memang datang belakangan. Sebelum penyesalan itu datang, gunakan dan manfaatkanlah waktu serta kesempatan yang ada selagi kita masih bisa. Jangan sampai kelak di masa yang akan datang, kita merasakan betapa pahitnya penyesalan itu. Seperti kata peribahasa, Berakit-rakit ke hulu berenang-renang ketepian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian. Peribahasa itu sangat berarti untuk kehidupan ini. Hidup ini sementara, gunakanlah waktu sebaik mungkin meskipun itu membuat kita harus bersusah payah. Tetapi hasilnya akan terlihat di masa depan.
Selain cerita yang diatas, ada lagi video yang sangat menyentuh perasaan saya yaitu tentang orang tua. Video yang menceritakan tentang seorang ayah yang cacat (tuna wicara) dengan anaknya yang normal. Sang anak sangat malu dengan keadaan ayahnya yang tidak seperti seorang ayah pada umumnya. Dia tidak menghiraukan setiap perkataan ayahnya. Namun sang ayah tetap sayang pada anaknya. Ketika anaknya ulang tahun, ayahnya membelikan dia kue ulang tahun. Namun sebelum kue itu diberikan, si anak tiba-tiba jatuh di depan rumah dengan darah yang bercucuran. Mengetahui hal itu, sang ayah langsung membawanya ke RS dan mendonorkan darahnya untuk si anak hingga akhirnya dia meninggal dunia karena keadaan nya yang lemah. Saat itulah si anak baru menyadari betapa sayang dan berartinya kehadiran sang ayah.
Disitulah saya sadar bahwa orang tua akan selalu menyayangi anaknya meskipun kita memperlakukan orang tua secara tidak hormat. Betapa mulianya kasih orang tua yang senantiasa menjaga dan merawat kita hingga saat ini. Mereka rela berkorban demi kebahagiaan anaknya. Kita sebagai anak sudah sepatutnya menghormati orang tua, dan membahagiakan mereka. Jangan sampai membuat mereka kecewa terhadap kita.
Video lainnya menceritakan tentang ayah dan anak yang sedang duduk di taman. Sang ayah sudah sangat tua, dan ketika ada burung gereja yang datang ke depan mereka, sang ayah bertanya kepada si anak, “apakah itu?”. Lalu si anak yang sedang sibuk membaca koran menjawab, “itu burung gereja”. Lalu beberapa saat kemudian si ayah bertanya lagi, “apakah itu?”. Si anak lalu menjawab, “burung gereja”. Tidak lama kemudian sang ayah terus menerus bertanya lagi “apakah itu?”. Lalu dengan kesal anaknya menjawab dengan nada tinggi, “itu burung gereja! Sudah berapa kali ku katakan? Itu burung gereja! Burung G-E-R-E-J-A!”. Lalu ayahnya pergi dan kembali dengan membawa sebuah buku dan menyuruh anaknya membaca dengan keras. Buku itu berisi cerita tentang sang ayah ketika memiliki seorang anak laki-laki. Isi dari buku itu kurang lebih seperti ini:
Saya sedang duduk di taman dengan anak laki-laki bungsu ku. Ketika burung gereja berdiri di hadapan kita berdua, dia bertanya “apakah itu?” sebanyak 21 kali. Dan akupun menjawab sebanyak 21 kali “itu burung gereja”. Aku menjawab dengan senyuman dan aku pun memeluknya setiap dia bertanya.
 Setelah membaca buku itu, sang anakpun langsung memeluk ayahnya.
Dari kisah tersebut saya dapat mengambil banyak pelajaran. Salah satunya adalah kita sebagai anak tidak boleh melupakan segala jasa yang telah diberikan oleh orang tua kita. Dulu sewaktu kita kecil, orang tua dengan penuh kesabaran membimbing dan mengajari kita. Meskipun seringkali kita membuat orang tua kita kesal, namun mereka tetap sabar menghadapinya. Ada kalanya orang tua kita berperilaku seperti anak-anak ketika mereka sudah tua. Kita pun sudah seharusnya menghadapi hal itu dengan sabar seperti mereka yang menjaga kita selama ini.
Masih banyak video yang saya tonton dengan berjuta makna terkandung di dalamnya. Namun video inilah yang sangat menyentuh saya. Video-video yang mengungkap betapa berartinya hidup ini. Betapa beruntungnya kita masih diberikan kesempatan untuk menikmati dunia ini dengan segala yang kita miliki yang belum tentu orang lain pun memilikinya. Sehebat-hebatnya kita, masih ada yang lebih hebat lagi. Seburuk-buruknya kita, masih ada yang lebih buruk lagi. Hargailah hidup ini dengan menghargai waktu yang kita miliki. Waktu terus berjalan, detik ini tidak akan sama dengan detik selanjutnya. Detik ini mungkin akan kita rindukan setelah kita berada di detik selanjutnya. Detik ini yang menentukan bagaimana kita dalam detik berikutnya. Jangan sia-siakan waktu kita sekarang dengan hal yang tidak berguna. Manfaatkanlah selagi kita masih bisa. Jangan sampai kita menyesal di kehidupan yang akan datang.