1.
Jelaskan
pengertian psikologi lintas budaya
Psikologi lintas budaya
adalah cabang dari psikologi yang (terutama) menaruh perhatian pada pengujian
berbagai kemungkinan batas-batas pengetahuan dengan mempelajari orang-orang
dari berbagai budaya yang berbeda. Psikologi Lintas Budaya ini muncul sebagai
respon terhadap teori psikologi yang dikembangkan di Barat dalam satu
kebudayaan bersifat universal.
Psikologi lintas budaya adalah kajian
mengenai persamaan dan perbedaan dalam fungsi individu secara psikologis, dalam
berbagai budaya dan kelompok etnik; mengenai hubungan-hubungan di antara
perubahan psikologis dan sosio-budaya, ekologis, dan ubahan biologis; serta
mengenai perubahan-perubahan yang berlangsung dalam ubahan-ubahan tersebut.
Menurut Segall, Dasen dan Poortinga (1990), psikologi lintas-budaya adalah kajian mengenai perilaku
manusia dan penyebarannya, sekaligus memperhitungkan cara perilaku itu dibentuk
dan dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan sosial dan budaya. Definisi ini
mengarahkan perhatian pada dua hal pokok: keragaman perilaku manusia di dunia
dan kaitan antara perilaku terjadi.
Menurut
Triandis, Malpass dan Davidson (1972) psikologi lintas budaya mencakup kajian
suatu pokok persoalan yang bersumber dari dua budaya atau lebih, dengan
menggunakan metode pengukuran yang ekuivalen, untuk menentukan batas-batas yang
dapat menjadi pijakan teori psikologi umum dan jenis modifikasi teori yang
diperlukan agar menjadi universal.
Sementara
Brislin, Lonner dan Thorndike (1973) menyatakan bahwa psikologi lintas budaya
ialah kajian empirik mengenai anggota berbagai kelompok budaya yang telah
memiliki perbedaan pengalaman, yang dapat membawa ke arah perbedaan perilaku
yang dapat diramalkan dan signifikan.
Triandis (1980)
mengungkapkan bahwa psikologi lintas budaya berkutat dengan kajian sistematik
mengenai perilaku dan pengalaman sebagaimana pengalaman itu terjadi dalam
budaya yang berbeda, yang dipengaruhi budaya atau mengakibatkan
perubahan-perubahan dalam budaya yang bersangkutan.
2.
Jelaskan tujuan
mempelajari psikologi lintas budaya
Tujuan dari kajian
psikologi Lintas Budaya adalah mencari persamaan dan perbedaan dalam
fungsi-fungsi individu secara psikologis, dalam berbagai budaya dan kelompok
etnik, untuk melihat manusia dan
perilakunya dengan kebudayaan yang ada sangat beragam dengan kebudayaan yang
ada disekitar kita, untuk melihat kedua perilaku universal dan perilaku yang
unik untuk mengidentifikasi cara di mana budaya dampak perilaku kita, kehidupan
keluarga, pendidikan, pengalaman sosial dan daerah lainnya.
3.
Jelaskan
hubungan psikologi lintas budaya dengan ilmu lain
a. Psikologi lintas budaya – Psikologi budaya: ilmu
tersebut sama-sama mencoba mempelajari bagaimana faktor budaya dan etnis mempengaruhi
perilaku manusia. Namun psikologi lintas budaya tidak hanya mempelajari faktor
budaya dengan prilaku tetapi faktor antar budaya atau perbedaan budaya yang
mempengaruhi prilaku manusia.
b.
Psikologi lintas budaya
– Psikologi sosial: Psikologi Sosial mempelajari tingkah laku manusia dalam
berhubungan dengan masyarakat sekitarnya. Psikologi lintas budaya juga sama
mempelajari individu dengan masyarakat selain itu juga mempelajari individu
dengan antar masyarakat yang berbeda. Triandis
(2002) menegaskan bahwa psikologi sosial hanya dapat bermakna apabila dilakukan
lintas budaya. Hal tersebut juga berlaku bagi cabang-cabang ilmu psikologi
lainnya.
c. Psikologi lintas budaya – ilmu antropologi: definisinya
sering tumpang tindih, baik disiplin cenderung memfokuskan pada aspek yang
berbeda dari suatu budaya. Hanya sebagian kecil dimensi manusia yang tidak
dicakup dalam konsep budaya, yakni yang terkait dengan insting serta naluri.
Contoh : sistem religi dan upacara keagamaan, sistem dan organisasi kemasyarakatan,
sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian hidup dan sistem
teknologi dan peralatan.
d. Psikologi lintas budaya – ilmu sosial: kebijaksanaan
diterima masyarakat berbasis pertanian tradisional memiliki budaya kolektifitas
modern. Contoh : masyarakat informasi.
e. Psikologi lintas budaya – ilmu psikologi klinis: psikologi
klinis telah menerapkan prinsip – prinsip psikologi lintas budaya. Contoh :
dalam hal psikoterapi dan konseling.
4.
Jelaskan
etnosentrisme dalam psikologi lintas budaya
Etnosentrisme secara
formal didefinisikan sebagai pandangan bahwa kelompok atau budaya sendiri
adalah pusat segalanya dan budaya lain akan selalu dibandingkan dan dinilai
sesuai dengan standar budaya sendiri. Etnosentrisme membuat kebudayaan diri
sebagai patokan dalam mengukur baik buruknya, atau tinggi rendahnya dan benar
atau ganjilnya kebudayaan lain dalam proporsi kemiripannya dengan kebudayaan
sendiri.
Menurut Matsumoto (1996)
etnosentrisme adalah kecenderungan untuk melihat dunia hanya melalui sudut pandang
budaya sendiri. Etnosentrisme memiliki dua tipe yang satu sama lain saling
berlawanan. Tipe pertama adalah etnosentrisme fleksibel. Seseorang yang
memiliki etnosentrisme ini dapat belajar cara-cara meletakkan etnosentrisme dan
persepsi mereka secara tepat dan bereaksi terhadap suatu realitas didasarkan
pada cara pandang budaya mereka serta menafsirkan perilaku orang lain
berdasarkan latar belakang budayanya. Tipe kedua adalah etnosentrisme
infleksibel. Etnosentrisme ini dicirikan dengan ketidakmampuan untuk keluar
dari perspektif yang dimiliki atau hanya bisa memahami sesuatu berdasarkan
perspektif yang dimiliki dan tidak mampu memahami perilaku orang lain
berdasarkan latar belakang budayanya.
5.
Jelaskan
persamaan dan perbedaan antara budaya dalam transmisi budaya melalui
enkulturasi dan sosialisasi
Enkulturasi adalah suatu
proses dimana individu belajar cara berpikir, cara bertindak, dan merasa yang
mencerminkan kebudayaan masyarakatnya. Enkulturasi
juga berarti proses pengenalan norma yang berlaku di masyarakat. Dalam proses
enkulturasi seorang individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta
sikapnya dengan adat-istiadat, sistem norma, serta peraturan-peraturan yang
hidup dalam kebudayaannya. Kata enkulturasi dalam bahas Indonesia juga berarti
“pembudayaan”. Sorang individu dalam hidupnya juga sering meniru dan
membudayakan berbagai macam tindakan setelah perasaan dan nilai budaya yang
memberi motivasi akan tindakan meniru itu telah diinternalisasi dalam
kepribadiannya.
Sosialisasi adalah proses
pembelajaran terhadap norma-norma yang berlaku sehingga dapat berperan dan
diakui oleh kelompok masyarakat. Proses sosialisasi bersangkutan dengan proses
belajar kebudayaan dalam hubungan dengan sistem sosial. Dalam proses itu
seorang individu dari masa anak-anak hingga masa tuanya belajar pola-pola
tindakan dalam interaksi dengan segala macam individu di sekililingnya yang
menduduki beraneka macam peranan sosial yang mungkin ada dalam kehidupan
sehari-hari.
M.J.Herskovits berpendapat bahwa
perbedaan antar enculturation (enkulturasi) dengan socialization (sosialisasi)
adalah sebagai berikut ;
1.
Enculturation (enkulturasi) adalah
suatu proses bagi seorang baik secara sadar maupun tidak sadar, mempelajari
seluruh kebudayaan masyarakat.
2.
Socialization (sosialisasi) adalah
suatu proses bagi seorang anak untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma yang
berlaku dalam keluarganya.
Secara singkat perbedaan antara
enkulturasi dan sosialisasi adalah dalam enkulturasi seorang individu
mempelajari dan menyesuaikan alam pikirannya dengan lingkungan kebudayaannya,
sedangkan sosialisaasi si individu melakukan proses penyesuaian diri dengan
lingkungan sosial.
6.
Jelaskan
persamaan dan perbedaan antar budaya melalui perkembangan moral
Didalam setiap budaya yang
dimiliki masing-masing negara pasti memiliki moral. Akan tetapi pada saat ini
nilai budaya dan moral tersebut sudah tidak memiliki nilai yang seimbang lagi
dikarenakan bukan karena dari budaya dan nilainya yang salah akan tetapi dari
para pemakai budaya tersebut yang membuat budaya dan nilai moral mulai tidak
seimbang lagi atau biasa disalahgunakan.
Moral dalam istilah dipahami
sebagai: 1. prinsip hidup yang berkenaan dengan benar dan salah, baik dan
buruk. 2. kemampuan untuk memahami perbedaan benar dan salah. 3. ajaran atau
gambaran tentang tingkah laku yang baik. Moral ialah tingkah laku yang telah
ditentukan oleh etika.
Tokoh yang membahas mengenai moral yaitu Kohlberg yang memandang
otonomi dan keadilan individu sebagai nilai moral yang utama. Ia bahkan
menyamakan moralitas dengan keadilan (dengan mengabaikan nilai moral lain
seperti keberanian, pengendalian-diri, empati, dll.).
Perkembangan moral adalah
perubahan penalaran, perasaan, dan perilaku tentang standar mengenai benar dan
salah. Perkembangan moral memiliki dimensi intrapersonal, yang mengatur
aktifitas seseorang ketika dia terlibat dalam interaksi sosial dan dimensi
interpersonal yang mengatur interaksi sosial dan penyelesaian konflik.
Menurut John Dewey tahapan perkembangan moral
seseorang akan melewati 3 fase, yaitu premoral, conventional dan autonomous.
Sedangkan menurut Piaget, seorang manusia dalam perkembangan moralnya melalui
tahapan heteronomous dan autonomous. Pada tahap heteronom anak-anak menggangap bahwa peraturan
yang diberlakukan dan berasal dari bukan dirinya merupakan sesuatu yang patut
dipatuhi, dihormati, diikuti dan ditaati oleh pemain. Pada tahap otonom,
anak-anak beranggapan bahwa perauran-peraturan merupakan hasil kesepakatan
bersama antara para pemain.
Kohlberg kemudian mampu
mengidentifikasi 6 (enam) tahap dalam moral reasoning yang kemudian dibagi
dalam tiga taraf.
1. Taraf Pra-Konvensional
2. Conventional Level ( taraf Konvensional)
3) Tahap interpersonal corcodance atau “good boy-nice girl”
orientation.
4) Tahap law and order, orientation
5) Postoonventional Level ( taraf sesudah konvensional)
6) Social contract orientation
Ruang lingkup tahapan/pola perkembangan moral anak
di antaranya adalah tahapan kejiwaan manusia dalam menginternalisasikan nilai
moral kepada dirinya sendiri, mempersonalisasikan dan mengembangkannya dalam
pembentukan pribadi yang mempunyai prinsip, serta dalam mematuhi,
melaksanakan/menentukan pilihan, menyikapi/menilai, atau melakukan tindakan
nilai moral.
7.
Jelaskan
persamaan dan perbedaan antar budaya dalam hal konformitas, compliance, dan
obedience
Konformitas berarti penyesuaian diri
dengan masyarakat dengan cara mengindahkan norma dan nilai masyarakat.(
Soerjono Soekanto, 2000 ). Konformitas sosial adalah proses dimana tingkah laku
seseorang terpengaruh atau dipengaruhi oleh orang lain di dalam suatu kelompok. Konformitas
merupakan suatu hasil dari interaksi sosial dan proses sosial dalam kehidupan
manusia dalam bermasyarakat. Konformitas dilakukan secra terbuka sehingga
terlihat oleh umum.
Compliance adalah konformitas
yang dilakukan secara terbuka sehingga terlihat oleh umum, walaupun hatinya
tidak setuju. Sedangkan kepatuhan atau obedience merupakan salah satu bentuk
ketundukan yang muncul ketika orang mengikuti suatu perintah langsung, biasanya
dari seseorang dengan suatu posisi otoritas. Dalam budaya kolektif,
konformitas dan kepatuhan tidak hanya dipandang “baik” tetapi sangat diperlukan
untuk dapat berfungsi secara baik dalam kelompoknya, dan untuk dapat berhasil
menjalin hubungan interpersonal bahkan untuk dapat menikmati status yang lebih
tinggi dan mendapat penilaian atau kesan positif.
Persamaannya adalah semua masyarakat yg melakukan
konformitas karena ingin di terima sebagai anggota atau bagian dr suatu
kelompok, agar tidak dianggap salah. Sedangkan perbedaannya adalah beragamnya
suku dan budaya dan adat istiadat yang dijalankan buat individu menjadi berbeda
beda sesuai dengan keyakinan yang dijalanin.
8.
Jelaskan
persamaan dan perbedaan antar budaya dalam hal nilai-nilai
Dalam
Psikologi Lintas Budaya nilai dimasukkan sebagai salah satu aspek dari budaya
atau masyarakat. Nilai muncul menjadi ciri khas yang cenderung menetap pada
seseorang dan masyarakat dan karenanya penerimaan nilai berpengaruh pada sifat
kerpibadian dan karakter budaya. Nilai mempunyai beberapa fungsi yang sangat
penting dalam kehidupan manusia yaitu sebagai standart, motivasional, rencana
umum (general plan), penyesuaian, ego defensive, pengetahuan dan aktualisasi
diri.
Kebudayaan
pada nilai-nilai sosial ialah nilai - nilai yang disepakati dan tertanam dalam
suatu masyarakat, lingkup organisasi, lingkungan masyarakat, yang mengakar pada
suatu kebiasaan, kepercayaan (believe), simbol-simbol, dengan karakteristik
tertentu yang dapat dibedakan satu dan lainnya sebagai acuan perilaku dan
tanggapan atas apa yang akan terjadi atau sedang terjadi.
9.
Jelaskan
persamaan dan perbedaan antar budaya dalam hal perilaku gender
Gender merupakan
hasil konstruksi yang berkembang selama masa anak-anak sebagaimana mereka
disosialisasikan dalam lingkungan mereka. Adanya perbedaan reproduksi dan
biologis mengarahkan pada pembagian kerja yang berbeda antara pria dan wanita
dalam keluarga. Perbedaan-perbedaan ini pada gilirannya mengakibatkan perbedaan
ciri-ciri sifat dan karakteristik psikologis yang berbeda antara pria dan
wanita.
Gender merupakan kajian tentang tingkah laku dan hubungan
sosial antara laki-laki dan perempuan. Gender berbeda dari seks atau jenis
kelamin laki-laki dan perempuan yang bersifat biologis. Perbedaan pola
sosialisasi ini juga berkaitan dengan beberapa faktor budaya dan faktor
ekologi. Faktor-faktor yang terlibat dalam memahami budaya dan gender
tidak statis dan unidimensional. Keseluruhan sistem itu dinamis dan saling
berhubungan dan menjadi umpan balik atau memperkuat sistem itu sendiri. Sebagai
akibatnya sistem ini bukan suatu unit yang linear dengan pengaruh yang
berlangsung dalam satu arah, dan semua ini diperoleh dalam kehidupan kita
sendiri.
Sebagai konsekuensinya, budaya yang berbeda akan memberikan
hasil yang berbeda pula. Satu budaya mungkin mendukung kesamaan antara pria dan
wanita, namun budaya lainnya tidak mendukung kesamaan tersebut. Dengan demikian
budaya mendefinisikan atau memberikan batasan mengenai peran, kewajiban, dan
tanggung jawab yang cocok bagi pria dan wanita.
Peran Gender adalah
perilaku yang dipelajari di dalam suatu masyarakat/komunitas yang dikondisikan
bahwa kegiatan, tugas-tugas atau tanggung jawab patut diterima baik oleh
laki-laki maupun perempuan. Peran gender dapat berubah, dan dipengaruhi oleh
umur, kelas, ras, etnik, agama dan lingkungan geografi, ekonomi dan politik.
Baik perempuan maupun laki-laki memiliki peran ganda di dalam masyarakat.
Perempuan kerap mempunyai peran dalam mengatur reproduksi, produksi dan
kemasyarakatan. Laki-laki lebih terfokus pada produksi dan politik
kemasyarakatan.
10. Jelaskan persamaan dan perbedaan antar budaya dalam
sosial masyarakat
Masyarakat
didefinisikan oleh Ralph Linton sebagai “setiap kelompok manusia yang telah
hidup dan bekerja bersama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka
dan menganggap diri mereka sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas yang
dirumuskan dengan jelas”. Sejalan dengan definsi dari Ralph Linton, Selo
Sumardjan mendefinisikan masyarakat sebagai “orangorang yang hidup bersama,
yang menghasilkan kebudayaan” (Soerjono Soekanto, 1986). Mengacu kepada dua
definisi tentang masyarakat seperti dikemukakan di atas, dapat di identifikasi
empat unsur yang mesti terdapat di dalam masyarakat, yaitu: 1) Manusia
(individu-individu) yang hidup bersama, 2) Mereka melakukan interaksi sosial
dalam waktu yang cukup lama. 3) Mereka mempunyai kesadaran sebagai satu
kesatuan. 4) Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama yang menghasilkan
kebudayaan,
Terdapat hubungan dan saling mempengaruhi antara individu,
masyarakat dan kebudayaannya. Individu, masayarakat dan kebudayaannya tak dapat
dipisahkan. Hal ini sebagaimana Anda maklumi bahwa setiap individu hidup
bermasyarakat dan berbudaya, adapun masyarakat itu sendiri terbentuk dari
individu-individu. Masyarakat dan kebudayaan mempengaruhi individu, sebaliknya
masyarakat dan kebudayaan dipengaruhi pula oleh individu-individu yang
membangunnya.
11. Jelaskan persamaan dan perbedaan antar budaya dalam
sosial kognitif
Kognitif diartikan sebagai kegiatan untuk
memperoleh, mengorganisasikan dan menggunakan pengetahuan. Dalam psikologi,
kognitif adalah referensi dari faktor-faktor yang mendasari sebuah prilaku.
Kognitif juga merupakan salah satu hal yang berusaha menjelaskan keunikan
manusia. Pola pikir dan perilaku manusia bertindak sebagi aspek fundamental
dari setiap individu yang tak lepas dari konsep kemanusiaan yang lebih besar,
yaitu budaya sebagai konstruksi sosial.
Ada berbagai hal yang berhubungan dengan
keberadaan faktor kognisi dalam pengaruhnya terhadap lintas budaya :
a. Kecerdasan Umum
Kecerdasan umum merupakan tingakat IQ dalam
suatu kebudayaan atau daerah secara umum. Menurut Mc. Shane dan Berry
kecerdasan umum mempunyai suatu tinjauan yang cukup tajam terhadap terhadap tes
kemampuan kognitif. Mereka menambahkan tentang deprivasi individu (kemiskinan,
gizi yang rendah, dan kesehatan), disorganisasi budaya sebagai pendektan untuk
melengkapi konsep G. jika disimpulkan beberapa hal yang memepengaruhi kemempuan
kognitif seseorang bukanlah budaya yang ada pada lingkungan mereaka akan tetapi
kemampuan ini dipengaruhi oleh faktor genetik, keadaan psikis, deprivasi
individu dan disorganisasi budaya
b. Genetic epistemologi (faktor Keturunan)
Genetic Epistemologi adalah salah satu teori
dari jean Piaget yang isinya adalah mengatakan bahwa adanya koherensi antara
penampilan kognitif saat berbagai hal diberikan pada seseorang. Piagetian
berkembang dari penelitian yang homogen menjadi heterogen. Penelitian lintas
budaya yang menggunakan paradigma ekokultural membawa kesimpulan bahwa ekologi
dan faktor budaya tidak mempengaruhi hubungan antar tahap tapi mempengaruhi
seberapa cepat dalam mencapainya. Perkembangan kognitif berdasarkan data tidak
akan sama disetiap tempat dan kebudayaan tertentu.
c. Cara Berpikir
Dalam pendekatan kecerdasan umum dan genetik
epistemologi, cara berpikir seseorang cenderung mengarah pada aspek “bagaimana”
dari pada aspek “seberapa banyak” (kemempuan) dalam kehidupan kognitifnya.
Kemampuan kognitif dan model-model kognitif merupakan salah satu cara bagi
sebuah suku dan anggotanya membuat kesepakatan yang efektif terhadap masalah
yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan ini mencari pola dari aktivitas
kognitif berdasarkan asumsi universal bahwa semua proses berlaku pada semua
kelompok, tetapi pengembangan dan penggunaan yang berbeda akan mengarah pada
pola kemampuan yang berbeda juga.
Seorang pengembang dimensi model kognitif FDI
yang bernama Within menyatakan bahwa kemampuan kognitif ini tergantung pada
cara yang ditempuh untuk membuktikan “pola” yang dipilih. Tetapi menjelaskan
pola kurang begitu luas cangkupannya daripada kecerdasan umum. Membangun FDI
yang dimaksud adalah memperbesar kepercayaan dari individu tersebut atau
menerima lingkungan fisik atau sosial yang diberikan, melakukan pekerjaan yang
bertolak belakang seperti menganalisis atau membangun.
d. Contextualized coqnition (Pengamatan
kontekstual)
Secara garis besar Cole dan Scriber memberikan
suatu metodologo dan teori tetang kontek kognisi. Teori dan metodologi tersebut
diujikan untuk penghitungan kemampuan kognitif secara spesifik dalam suatu
kontek budaya dengan menggunakan kontek kognisi yang di sebut sebagai
Contextualized cognition. Untuk memperkuat pendekatan mereka, cole membuat
suatu studi empiris dan tunjauan terhadap literatur.
12. Jelaskan persamaan dan perbedaan antara individual
dan kolektivitas
A. Individual
Diri individual adalah
diri yang fokus pada atribut internal yang sifatnya personal; kemampuan
individual, inteligensi, sifat kepribadian dan pilihan-pilihan individual. Diri
adalah terpisah dari orang lain dan lingkungan. Budaya dengan diri individual
mendesain dan mengadakan seleksi sepanjang sejarahnya untuk mendorong kemandirian
sertiap anggotanya. Mereka didorong untuk membangun konsep akan diri yang
terpisah dari orang lain, termasuk dalam kerangka tujuan keberhasilan yang
cenderung lebih mengarah pada tujuan diri individu. Dalam kerangka budaya ini,
nilai akan kesuksesan dan perasaan akan harga diri megambil bentuk khas
individualisme. Keberhasilan individu adalah berkat kerja keras dari individu
tersebut.
Budaya yang menekankan
nilai diri kolektif sagat khas dengan cirri perasaan akan keterkaitan antar
manusia satu sama lain, bahkan antar dirinya sebagai mikro kosmos dengan
lingkungan di luar dirinya sebagai makro kosmos. Tugas utama normative pada
budaya ini adalah bagaimana individu memenuhi dan memelihara keterikatannya
dengan individu lain
B. Kolektif
Dalam konstruk diri kolektif
ini, nilai keberhasilan dan harga diri adalah apabila individu tersebut mampu
memenuhi kebutuhan komunitas dan menjadi bagian penting dalam hubungan dengan
komunitas. Individu focus pada status keterikatan mereka (interdependent), dan
penghargaan serta tanggung jawab sosialnya. Aspek terpenting dalam pengalaman
kesadaran adalah saling terhubung antar personal. Dalam budaya diri kolektif
ini, informasi mengenai diri yang terpenring adalah aspek-aspek diri dalam
hubungan.
Sumber:
http://luvvpolkadot.wordpress.com/2011/10/01/psikologi-lintas-budaya/
http://bigsidik.blogspot.com/2011/09/psikologi-lintas-budaya.html
http://ollaadzani.wordpress.com/2012/01/16/pengertian-psikologi-lintas-budaya-tugas-psikologi-lintas-budaya/
http://freakyvampire.blogspot.com/2012/01/pengertian-lintas-budaya.html
http://mhikkyu.blogspot.com/2011/10/psikologi-lintas-budaya.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Psikologi_lintas_budaya
http://4jipurnomo.wordpress.com/psikologi-lintas-budaya/
http://arimbiwindapratiwi.blogspot.com/2011/09/lintas-budaya.html
http://putrijah.blogspot.com/2011/10/psikologi-lintas-budaya.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar