1. Pengertian
Psikoterapi
Psikoterapi yang lahir
pada pertengahan dan akhir abad yang lalu, dilihat secara etimologis mempunyai
arti sederhana, yakni “psyche” yang artinya “mind” atau jiwa dan “therapy” dari
Bahasa Yunani yang berarti “merawat” atau “mengasuh”, sehingga psikoterapi
dalam arti sempitnya adalah “perawatan terhadap aspek kejiwaan” seseorang.
Dalam Oxford English
Dictionary, perkataan “psychotherapy” tidak tercantum, tetapi ada perkataan
“psychotherapeutic” yang diartikan sebagai
perawatan terhadap sesuatu penyakit dengan mempergunakan teknik
psikologis untuk melakukan intervensi psikis.
Psikoterapi juga
diartikan sebagai suatu bentuk dari perawatan (treatment) terhadap masalah-masalah yang dasarnya emosi, di mana
seseorang yang terlatih, dengan saksama membentuk hubungan professional dengan
pasien dengan tujuan memindahkan, mengubah atau mencegah munculnya gejala dan
menjadi perantara untuk menghilangkan pola-pola perilaku yang terhambat serta
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan positif dari kepribadiannya.
(Wolberg, 1954)
Whitaker & Malone (1953) merumuskan
psikoterapi sebagai perubahan pada aspek emosi dalam hubungan antar-pribadi
yang meningkatkan pertumbuhan pada salah satu atau semua yang ikut terlibat.
Menurut Wohlberg, psikoterapi adalah pengobatan dengan cara
psikologis dari masalah yang bersifat emosional di mana seseorang terlatih
sengaja membangun hubungan profesional dengan pasien dengan tujuan:
- Menghapus, mengubah atau
menghambat gejala
- Yang terganggu pola mediasi perilaku
- Meningkatkan pertumbuhan
kepribadian yang positif dan pengembangan.
Sedangkan
menurut Corsini, psikoterapi adalah Proses interaksi formal 2 pihak (2
orang/lebih), bertujuan memperbaiki keadaan yang tidak menyenangkan (distres)
pada salah 1 pihak karena tidak berfungsinya / ketidakmampuan pada fungsi
kognitif, afeksi atau perilaku, dengan terapis berusaha mengembangkan
memelihara atau mengubahnya dengan menggunakan metode2 sesuai pengetahuan &
skill, serta bersifat profesional & legal.
2. Tujuan
Psikoterapi
Berikut tujuan
psikoterapi dari berbagai pendekatan menurut Ivey (1987) dan Corey (1989).
·
Tujuan psikoterapi psikodinamika
menurut Ivey adalah membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu
yang disadari. Rekonstruksi kepribadian dilakukan terhadap kejadian yang sudah
lewat. Kemudian menyusun sintesis yang baru dari konflik yang telah lalu. Sedangkan
menurut Corey, tujuan psikoterapi
psikodinamika adalah membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi
sesuatu yang disadari. Membantu klien menghidupkan kembali
pengalaman-pengalaman yang sudah lewat dan bekerja melalui konflik yang ditekan
melalui pemahaman intelektual.
·
Ivey menggambarkan
tujuan psikoterapi Rogerian adalah untuk memberikan jalan terhadap
potensi yang dimiliki seseorang agar menemukan sendiri arah wajarnya, menemukan
dirinya yang nyata, mengeksploitasi emosi yang mejemuk, dan sebagainya. Sedangkan Corey
menggambarkan psikoterapi Rogerian sebagai pemberian suasana aman dan
bebas agar klien mengeksplorasi diri dengan baik, mengembangkan diri ke arah
keterbukaan, memperkuat percaya diri, dan sebagainya.
·
Ivey merumuskan
tujuan eksistential humanistic sebagai proses untuk menemukan arti dan
melakukan tindakan, menyadarkan hal azasi terhadap manusia, mengewmbangkan
aspek-aspek diri untuk mencapai kematangan. Corey menyatakan
tujuan eksistential humanistic sebagai upaya membantu seseorang
mengetahui ia punya kebebasan, membantu klien mengenali bahwa ia bertanggung
jawab, dan untuk mengidentifikasi faktor yang menghambat kebebasannya.
·
Ivey menyatakan
tujuan psikoterapi behavioristik sebagai upaya menghilangkan kesalahan
dalam belajar dan berperilaku sesuai pola perilaku yang benar. Corey, dengan psikoterapi
behavioristik bertujuan untuk
menghilangkan perilaku yang tdak sesuai dan belajar perilaku yang efektif.
·
Ivey menjelaskan
tujuan psikoterapi kognitif behavioristik yaitu untuk menghilangkan
pikiran menyalahkan diri, mengembangkan berpikir lebih rasional, dan toleran
terhadap diri dan orang lain, dan sebagainya. Dan Corey
merumuskan tujuan psikoterapi kognitif behavioristik dan rasional emotif
yaitu untuk menghilangkan cara pandang klien untuk mennyalahkan diri, membantu
memperoleh pandangan hidup yang lebih rasional dan toleran, membantu klien untuk memberi metode dalam
penyelesaian masalah.
·
Menurut Ivey dalam pendekatan
gestalt memiliki tujuan agar seseorang lebih menyadari kehidupannya dan
bertanggung jawab terhadap arah hidup seseorang. Tujuan pendekatan
gestalt menurut Corey, untuk membantu klien memperoleh pemahaman
dalam bertanggung jawab.
·
Pendekatan terapi realitas
menurut Ivey, bertujuan untuk memenuhi kebutuhan seseorang tanpa
campur tangan orang lain agar mampu
menentukan keputusan yang bertanggung jawab. Corey merumuskan tujuan terapi
realitas yaitu untuk memenuhi kebutuhan dalam menilai apa yang sedang
dilakukan.
3. Unsur-unsur
Psikoterapi
Dalam psikoterapi, unsur-unsur aktif
dalam pekerjaan reparasi emosional ini meliputi hubungan baik dan rasa percaya
antara klien dan terapis yang bergerak bersama dengan baik serta terbukanya
aliran emosi yang lebih bebas antara klien dengan terapis.
4. Perbedaan
Psikoterapi dan Konseling
Beberapa
pemahaman seringkali menjadi permasalahan, apakah yang dilakukan penolong
terhadap kliennya dalam proses psikoterapi atau konseling. Ada beberapa di
antara kedua metode ini memiliki perbedaan, di sisi lain ada juga kesamaan.
Menurut Mappiare (2004) ada sejumlah perbedaan psikoterapi dan konseling
dikemukakan sebagai berikut:
a.
Konseling merupakan bagian dari
psikoterapi. Psikoterapi merupakan bagian yang lebih luas dari pada konseling.
b.
Konseling lebih mengarah pada penyebab
atau awal masalah. Selanjutnya konseling lebih mengarah pada
pengembangan-pendidikan-pencegahan. Berbeda dengan psikoterapi yang mengarah
penyembuhan-penyesuaian-penyembuhan.
c.
Dasar konseling adalah filsafat manusia.
Dasar dari psikoterapi adalah perbedaan individual dengan dasar-dasar psikologi
kepribadian dan psikopatologi. Pada perkembangan selanjutnya konseling juga
memanfaatkan perkembangan teori-teori kepribadian dalam konteks ilmu perilaku.
d.
Dijelaskan oleh Narayana Rao (dalam Mappiare,
2004) bahwa tujuan antara konseling dan psikoterapi sama, namun keduanya
berbeda dalam proses pencapaiannya. Psikoterapi mencapainya dengan cara
‘pembedahan’ psikis dan pembedahan otak. Proses konseling lebih mengarah pada
identifikasi dan kekuatan-kekuatan positif yang dimiliki klien, agar klien
lebih maksimal dalam kehidupannya.
5. Pendekatan
Psikoterapi
a. Psychoanalysis &
Psychodynamic
Pendekatan
ini fokus pada mengubah masalah perilaku, perasaan dan pikiran dengan cara
memahami akar masalah yang biasanya tersembunyi di pikiran bawah sadar.
Psychodynamic (Psikodinamik) pertama kali diciptakan oleh Sigmund Feud
(1856-1939), seorang neurologist dari Austria. Teori dan praktek psikodinamik
sekarang ini sudah dikembangkan dan dimodifikasi sedemikian rupa oleh para
murid dan pengikut Freud guna mendapatkan hasil yang lebih efektif.
Tujuan
dari metode psikoanalisis dan psikodinamik adalah agar klien bisa menyadari apa
yang sebelumnya tidak disadarinya. Gangguan psikologis mencerminkan adanya
masalah di bawah sadar yang belum terselesaikan. Untuk itu, klien perlu
menggali bawah sadarnya untuk mendapatkan solusi. Dengan memahami masalah yang
dialami, maka seseorang bisa mengatasi segala masalahnya melalui “insight”
(pemahaman pribadi).
Beberapa
metode psikoterapi yang termasuk dalam pendekatan psikodinamik adalah: Ego
State Therapy, Part Therapy, Trance Psychotherapy, Free Association, Dream
Analysis, Automatic Writing, Ventilation, Catharsis dan lain sebagainya.
b. Behavior Therapy
Pendekatan
terapi perilaku (behavior therapy) berfokus pada hukum pembelajaran. Bahwa
perilaku seseorang dipengaruhi oleh proses belajar sepanjang hidup. Tokoh yang
melahirkan behavior therapy adalah Ivan Pavlov yang menemukan “classical
conditioning” atau “associative learning”.
Inti
dari pendekatan behavior therapy adalah manusia bertindak secara otomatis
karena membentuk asosiasi (hubungan sebab-akibat atau aksi-reaksi). Misalnya
pada kasus fobia ular, penderita fobia mengasosiasikan ular sebagai sumber
kecemasan dan ketakutan karena waktu kecil dia penah melihat orang yang
ketakutan terhadap ular. Dalam hal ini, penderita telah belajar bahwa "ketika
saya melihat ular maka respon saya adalah perilaku ketakutan".
Tokoh
lain dalam pendekatan Behavior Therapy adalah E.L. Thorndike yang mengemukakan
konsep operant conditioning, yaitu konsep bahwa seseorang melakukan sesuatu
karena berharap hadiah dan menghindari hukuman.
Berbagai
metode psikoterapi yang termasuk dalam pendekatan behavior therapy adalah
Exposure and Respon Prevention (ERP), Systematic Desensitization, Behavior
Modification, Flooding, Operant Conditioning, Observational Learning,
Contingency Management, Matching Law, Habit Reversal Training (HRT) dan lain
sebagainya.
c. Cognitive Therapy
Terapi
Kognitif (Cognitive Therapy) punya konsep bahwa perilaku manusia itu
dipengaruhi oleh pikirannya. Oleh karena itu, pendekatan Cognitive Therapy
lebih fokus pada memodifikasi pola pikiran untuk bisa mengubah perilaku.
Pandangan Cognitive Therapy adalah bahwa disfungsi pikiran menyebabkan
disfungsi perasaan dan disfungsi perilaku. Tokoh besar dalam cognitive therapy
antara lain Albert Ellis dan Aaron Beck.
Tujuan
utama dalam pendekatan cognitive adalah mengubah pola pikir dengan cara
meningkatkan kesadaran dan berpikir rasional. Beberapa metode psikoterapi yang
termasuk dalam pendekatan Cognitive adalah Collaborative Empiricism, Guided
Discovery, Socratic Questioning, Neurolinguistic Programming, Rational Emotive
Therapy (RET), Cognitive Shifting. Cognitive Analytic Therapy (CAT) dan
sebagainya.
d. Humanistic Therapy
Pendekatan
Humanistic Therapy menganggap bahwa setiap manusia itu unik dan setiap manusia
sebenarnya mampu menyelesaikan masalahnya sendiri. Setiap manusia dengan
keunikannya bebas menentukan pilihan hidupnya sendiri. Oleh karena itu, dalam
terapi humanistik, seorang psikoterapis berperan sebagai fasilitator perubahan
saja, bukan mengarahkan perubahan. Psikoterapis tidak mencoba untuk
mempengaruhi klien, melainkan memberi kesempatan klien untuk memunculkan
kesadaran dan berubah atas dasar kesadarannya sendiri.
Metode
psikoterapi yang termasuk dalam pendekatan humanistik adalah Gestalt Therapy,
Client Cantered Psychotherapy, Depth Therapy, Sensitivity Training, Family
Therapies, Transpersonal Psychotherapy dan Existential Psychotherapy.
e. Integrative / Holistic
Therapy
Yang
sering saya temui adalah seorang klien mengalami komplikasi gangguan psikologis
yang mana tidak cukup bila ditangani dengan satu metode psikoterapi saja. Oleh
karena itu, saya menggunakan beberapa metode psikoterapi dan beberapa
pendekatan sekaligus untuk membantu klien saya. Hal ini disebut Integrative
Therapy atau Holistic Therapy, yaitu suatu psikoterapi gabungan yang bertujuan
untuk menyembuhkan mental seseorang secara keseluruhan.
Itulah
beberapa metode psikoterapi yang sering saya gunakan dalam membantu klien-klien
saya untuk berubah. Selain metode yang saya sebutkan di atas, kadang juga saya
menggunakan metode-metode psikoterapi lain yang terbukti efektivitasnya. Karena
begitu banyaknya metode psikoterapi, maka tidak mungkin menjelaskan satu per
satu di halaman ini. Cukuplah untuk Anda ketahui bahwa metode psikoterapi yang
saya gunakan adalah metode yang tebukti dan diakui manfaatnya dalam dunia
psikologi modern.
6. Bentuk Utama Terapi
Berdasarkan
tujuan dan pendekatan metodis, Wolberg membagi perawatan psikoterapi menjadi
tiga (3) tipe, yaitu :
a. Penyembuhan Supportif (Supportive Therapy)
Merupakan
perawatan dalam psikoterapi yang mempunyai tujuan untuk :
Memperkuat
benteng pertahanan (harga diri atau kepribadian)
Memperluas
mekanisme pengarahan dan pengendalian emosi atau kepribadian
Pengembalian
pada penyesuaian diri yang seimbang.
Penyembuhan supportif ini dapat
menggunakan beberapa metode dan teknik
pendekatan, diantaranya :
Bimbingan (Guidance)
Mengubah
lingkungan (Environmental Manipulation)
Pengutaraan dan
penyaluran arah minat
Tekanan dan
pemaksaan
Penebalan
perasaan (Desensitization)
Penyaluran
emosional
Sugesti
Penyembuhan
inspirasi berkelompok (Inspirational Group Therapy)
b. Penyembuhan
Reedukatif (Reeducative Therapy)
Suatu metode
pnyembuhan yang mempunyai bertujuan untuk mengusahakan penyesuaian kembali,
perubahan atau modifikasi sasaran/tujuan hidup, dan untuk menghidupkan kembali
potensi. Adapun metode yang dapat digunakan antara lain :
Penyembuhan
sikap (attitude therapy)
Wawancara (interview
psychtherapy)
Penyembuhan
terarah (directive therapy)
Psikodrama
Dan lain-lain.
c.
Penyembuhan Rekonstruktif (Reconstructive
Therapy)
Penyembuhan
rekonstruktif mempunyai tujuan untuk menimbulkan pemahaman terhadap konflik
yang tidak disadari agar terjadi perubahan struktur karakter dan untuk
perluasan pertunbuhan kepribadian dengan mengembangkan potensi. Metode dan
teknik pendekatannya antara lain :
Psikoanalisis
Pendekatan
transaksional (transactional therapy)
Penyembuhan
analitik berkelompok
Berdasarkan
teori dan teknik yang diterapkan, jenis-jenis psikoterapi dibagi menjadi :
a.
Psikoanalisis
Suatu teknik terapi yang ditemukan oleh Sigmund Freud
dengan mencoba menjelajahi alam ketidaksadaran pasiennya melalui wawancara yang
dinamakan asosiasi bebas (free association) sampai si pasien menemukan
sumber masalahnya.
b.
Hypnoterapi
Teknik ini
menggunakan metode hipnotis untuk menemukan ambang kesadaran dan mensugesti
pasien untuk sembuh, bersifat instan (dapat langsung menghilangkan
gejala) tetapi hanya berlangsung sesaat dan akan kembali kambuh lagi jika
pengaruh sugseti telah hilang.
c.
Terapi
Kelompok
Dalam terapi
kelompok, psikoterpis mengajak beberapa orang dalam proses terapi, baik dari
semua pasien dengan persoalan sejenis maupun dari kalangan keluarganya.
d.
Terapi Bermain
Terapi ini
digunakan pada anak-anak, dengan maksud sambil bermain, si anak bisa
memproyeksikan perasaan-perasaan terhadap orang yang menjadi sumber masalahnya.
e.
Terapi Humanis (Client Centered)
Terapi ini
didasarkan pada asumsi yang mengatakan bahwa pada dasarnya manusia itu baik.
Disini, psikoterapis berfungsi untuk membantu klien menelusuri semua potensi
positif dalam dirinya hingga ia bisa mengembangkan dirinya dan meninggalkan
gejala-gejala gangguan mental.
f.
Terapi Perilaku (Behavior)
Biasanya terapi
ini digunakan untuk mengatasi phobia. Caranya yaitu mendekatkan benda yang
ditakuti itu dengan hal-hal yang menyenangkan klien, sehingga akan menimbulkan
asosiasi positif antara benda yang ditakuti dengan hal yang menyenangkan itu,
dan lama-kelamaan phobia bisa hilang. Kelemahan dari terapi ini adalah
sewaktu-waktu phobia itu bisa muncul kembali jika ada trauma baru.
g.
Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive
Behavior Therapy)
Untuk mengatasi
kelemahan terapi perilaku, dikembangkan
terapi ini. Dalam teknik ini, semua emosi negatif terhadap hal tertentu dibahas
tuntas secara rasional sampai klien bisa mengubahnya menjadi lebih positif.
h.
Terapi Seni (Art Therapy)
Seni yang
digunakan dalam terapi ini biasanya seni rupa, seperti lukis dan patung. Dan
dalam proses pembuatan benda seni tersebut, diharapkan si klien dapat
melepaskan emosinya (katarsis) dan memproyeksikan perasaan-perasaannya
sehingga terasa lebih ringan.
i.
Konseling
Terapi ini
berbentuk wawancara, disini terapis membantu klien mencari penyelesaian yang
terbaik untuk masalahnya. Konseling biasanya digunakan dalam masalah-masalah
ringan, seperti kesulitan dalam belajar.
Sumber:
Gunarsa,
Singgih D. (2007). Konseling dan psikoterapi.
Jakarta: Gunung Mulia
Corey,
G. (1997). Teori dan praktek konseling
dan psikoterapi Terjemahan : E. Koeswara. Bandung : PT. Eresco
Sarlito
W. Sarwono. (2009). Pengantar Psikologi
Umum. Jakarta: Raja Grafindo Persada